Kami Bagikan Laporan Pendahuluan / LP ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Teman-teman Sejawat sekalian terima kasih telah setia berkunjung ke blog sederhana kami ini, pada kesempatan kali ini akan kami share laporan pendahuluan ISPA, yang merupakan Tinjauan teoritis hingga konsep asuhan keperawatan perihal penyakit yang pastinya setiap orang pernah mencicipi nya yakni ISPA.
Laporan Pendahuluan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) ini kami bagikan untuk mempermudah teman-teman dalam pembuatan tgas keperawatan, LP ISPA ini kami sediakan dalam bentuk dua format yaitu pdf dan doc.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan ISPA pdf dan doc telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel untuk mend0wnl0ad.
Laporan Pendahuluan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Pengertian
ISPA merupakan kependekan dari infeksi susukan pernafasan akut, istilah ini diubahsuaikan dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, susukan pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005)
- Infeksi yaitu masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh insan dan berkembang biak sehingga menjadikan tanda-tanda penyakit.
- Saluran pernafasan yaitu organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya mirip sinus-sinus, rongga pendengaran tengah dan pleura. ISPA secara anatomis meliputi susukan pernafasan belahan atas, susukan pernafasan belahan bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa susukan pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam susukan pernafasan (respiratory tract)
- Infeksi akut yaitu infeksi yang berlangsung hingga dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk memperlihatkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang sanggup digolongkan dalam ISPA proses ini sanggup berlangsung lebih dari 14 hari.
Berdasarkan pengertian diatas sanggup disimpulkan bahwa ISPA mempunyai arti sebagai berikut :
ISPA yaitu penyakit yang menyerang salah satu belahan dan atau lebih dari susukan nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, mirip sinus, rongga pendengaran tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi susukan nafas belahan atas yaitu batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang belahan bawah susukan nafas mirip paru itu salah satunya yaitu Pneumonia (WHO).
Sebagian besar dari infeksi susukan pernapasan hanya bersifat ringan mirip batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan jarang memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke struktur lainya lantaran sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi susukan pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu struktur, meskipun imbas pada satu individu sanggup mendominasi penyakit lain.
Epidemiologi
Berdasarkan DEPKES (2006) juga menemukan bahwa 20-30% maut disebabkan oleh ISPA. Faktor penting yang mempengaruhi ISPA yaitu pencemaran udara. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran udara mengakibatkan ISPA mempunyai angka yang paling banyak diderita oleh masyarakat dibandingkan penyakit lainnya. Selain faktor tersebut, peningkatan penyebaran penyakit ISPA juga dikarenakan oleh perubahan iklim serta rendahnya kesadaran sikap hidup higienis dan sehat dalam masyarakat. maka di dalam makalah ini akan dijabarkan secara lengkap semua hal yang berkaitan dengan ISPA.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi anatomis ISPA dibagi menjadi 2 yaitu:
- Infeksi susukan pernafasan akut / ISPA belahan atas merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.
- Infeksi susukan pernafasan atas / ISPA belahan bawah merupakan infeksi akut yang menyerang tempat di bawah faring hingga dengan alveolus paru-paru.
Menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
- Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
- Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
- Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, sanggup disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Sedangkan menrut suyudi 2002 ISPA dibedakan menjadi 3 pembagian terstruktur mengenai yaitu
- ISPA Ringan
- ISPA Sedang
- ISPA Berat
Etiologi
1. Virus Utama :
- ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza, Staphylococcus aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
Faktor-faktor resiko yang berperan dalam insiden ISPA pada anak yaitu sebagai berikut:
1. Faktor host (diri)
a. Usia
Kebanyakan infeksi susukan pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Koch et al, 2003).
b. Jenis kelamin
Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang mirip Indonesia persoalan ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang memperlihatkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada pria di negara Denmark (Koch et al, 2003)
c. Status gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah usang dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lainnya (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga mengakibatkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut yaitu status gizi anak.
d. Status imunisasi
Tupasi (1985) mendapat bahwa ketidakpatuhan imunisasi berafiliasi dengan peningkatan penderita ISPA walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mendapat bahwa imunisasi yang lengkap sanggup memperlihatkan peranan yang cukup berarti dalam mencegah insiden ISPA (Koch et al, 2003).
e. Pemberian komplemen vitamin A
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.
f. Pemberian air susu ibu (ASI)
ASI yaitu masakan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, lantaran adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis.
ASI sanggup memperlihatkan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan susukan pernafasan atas (William and Phelan, 1994).
2. Faktor lingkungan
a. Rumah
Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan kemudahan dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang mempunyai kegunaan untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1989).
Anak-anak yang tinggal di apartemen mempunyai faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada belum dewasa yang tinggal di rumah culster di Denmark (Koch et al, 2003).
b. Kepadatan hunian (crowded)
Kepadatan hunian mirip luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.
c. Status sosioekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai korelasi yang bersahabat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada korelasi antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang bermakna antara insiden ISPA berat dengan rendahnya status sosioekonomi (Darmawan,1995).
d. Kebiasaan merokok
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akhir orang renta merokok (Koch et al, 2003)
e. Polusi udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain yaitu rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh sentra penelitian kesehatan Universitas Indonesia untuk mengetahui imbas pencemaran udara terhadap gangguan susukan pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan antara mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan insiden gres atau insiden penyakit atau gangguan susukan pernafasan pada siswa SD di kedua wilayah pencemaran udara. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang kondusif untuk semua orang untuk tidak menderita gangguan susukan pemafasan. Hal ini memperlihatkan bahwa polusi udara sangat kuat terhadap terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang tepat dan asap tungku di dalam rumah mirip yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Mishra, 2003).
Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke susukan pernafasan mengakibatkan silia yang terdapat pada permukaan susukan nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa susukan pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut mengakibatkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding susukan pernafasan mengakibatkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding susukan nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menjadikan tanda-tanda batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal tanda-tanda ISPA yang paling menonjol yaitu batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan prosedur mukosiliaris yang merupakan prosedur proteksi pada susukan pernafasan terhadap infeksi basil sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada susukan pernafasan atas mirip streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder basil ini mengakibatkan sekresi mukus bertambah banyak dan sanggup menyumbat susukan nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga mengakibatkan batuk yang produktif. Invasi basil ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor mirip kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada susukan nafas sanggup menjadikan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang susukan nafas atas sanggup menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga sanggup mengakibatkan kejang, demam, dan juga sanggup menyebar ke susukan nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun sanggup menyerang susukan nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam susukan pernafasan atas, setelah terjadinya infeksi virus, sanggup menginfeksi paru-paru sehingga mengakibatkan pneumonia basil (Shann, 1985).
Penanganan penyakit susukan pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis susukan nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di susukan nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun susukan nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya yaitu bahwa IgA memegang peranan pada susukan nafas atas sedangkan IgG pada susukan nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa susukan nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini sanggup dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
- Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum memperlihatkan reaksi apa-apa.
- Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
- Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya tanda-tanda penyakit. Timbul tanda-tanda demam dan batuk.
- Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu sanggup sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan sanggup meninggal akhir pneumonia.
Pathway ISPA
Untuk Mend0wnl0ad Pathway ISPA doc, DISINI
Tanda Dan Gejala
Penyakit ini biasanya ditandai adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer hingga dengan membuntu susukan pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
- Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi tanda-tanda demam muncul jikalau anak sudah mencaapai usia 6 bulan hingga dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh sanggup mencapai 39,5OC-40,5OC.
- Meningismus, yaitu tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya yaitu nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
- Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
- Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga sanggup selama bayi tersebut mengalami sakit.
- Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi susukan pernafasan akhir infeksi virus.
- Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan lantaran adanya lymphadenitis mesenteric.
- Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada susukan nafas yang sempit akan lebih gampang tersumbat oleh lantaran banyaknya sekret.
- Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi susukan pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi susukan pernafasan.
- Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya bunyi pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Menurut (Suyudi, 2002), Tanda dan tanda-tanda berdasarkan tingkat keparahannya, ISPA sanggup dibagi menjadi tiga golongan yaitu
1. ISPA Ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jikalau ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:
- Batuk.
- Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan bunyi (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
- Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
- Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jikalau dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
2. Gejala ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jikalau di jumpai tanda-tanda ISPA ringan dengan disertai tanda-tanda sebagai berikut :
- Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
- Suhu lebih dari 390C.
- Tenggorokan berwarna merah
- Timbul bercak-bercak pada kulit mirip bercak campak
- Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
- Pernafasan berbunyi mirip mendengkur.
- Pernafasan berbunyi mirip mencuit-cuit.
3. Gejala ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jikalau ada tanda-tanda ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
- Bibir atau kulit membiru
- Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
- Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
- Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
- Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
- Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
- Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
- Tenggorokan berwarna merah
Sedangkan Untuk golongan umur 2 bulan hingga 5 tahun tanda dan gejalanya berdasarkan pembagian terstruktur mengenai penyakit yaitu :
- Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada belahan bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada ketika diperiksa anak harus dalam keadaan damai tldak menangis atau meronta).
- Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan yaitu 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun yaitu 40 kali per menit atau lebih.
- Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada belahan bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).
Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas:
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini yaitu pola, kedalaman, perjuangan serta irama dari pernafasan.
- Pola, cepat (tachynea) atau normal.
- Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya sanggup kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
- Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
- Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada contoh dan kedalaman pernafasan.
- Observasi lainya yaitu terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, bunyi nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan yaitu :
- pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan yaitu biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
- Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan sanggup juga disertai dengan adanya thrombositopenia, dan
- Pemeriksaan foto thoraks jikalau diperlukan
Penatalaksanaan
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO :
3. Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin, Ampisillin,p3nsillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
4. Antibiotik gres lain : Sefalosforin,quinolon dll.
Komplikasi
ISPA ( Infeksi susukan pernafasan akut) bahwasanya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jikalau tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPAyang tidak mendapat pengobatan dan perawatan yang baik sanggup menjadikan penyakitseperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada maut lantaran danya sepsis yang meluas (Whaley and Wong, 2000 ).
Pencegahan
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
- Menjaga kesehatan gizi semoga tetap baik. Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi masakan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga tubuh kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga sanggup mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
- Imunisasi. Pemberian immunisasi sangat diharapkan baik pada belum dewasa maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak gampang terjangkit banyak sekali macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
- Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga sanggup mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang sanggup mengakibatkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik sanggup memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) semoga tetap segar dan sehat bagi manusia.
- Mencegah anak berafiliasi dengan penderita ISPA. Infeksi susukan pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ basil yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang terkotori dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / basil di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi susukan pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
Konsep Asuhan Keperawatan ISPA
Pengkajian
- Identitas Pasien : Meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Tanggal masuk RS, Tanggal pengkajian, No RM, Diagnosa Medis, Nama orang tua, Pekerjaan, Agama, dll
- Riwayat Kesehatan : Riwayat penyakit kini biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, tubuh lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
- Riwayat penyakit dahulu biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
- Riwayat penyakit keluarga. Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit mirip penyakit klien tersebut.
- Riwayat social. Klien menyampaikan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum. Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
- Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
- Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
- Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
- Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
- Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
- Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, pengecap kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
- Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis
- Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji contoh pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
1. Inspeksi
- Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
- Tonsil tampak kemerahan dan edema
- Tampak batuk tidak produktif
- Tidak ada jaringan parut dan leher
- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
2. Palpasi
- Adanya demam
- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada tempat leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3. Perkusi : Suara paru normal (resonance)
4.Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
- Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan investigasi bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
- Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada pria lihat keadaan p3enis, apakah ada kelainan/tidak. Pada perempuan lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
- Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas
- Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.
Diagnosa Keperawatan
- Ketidakefektifan contoh nafas berafiliasi dengan proses inflamasi pada susukan pernafasan, aadanya sekret
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berafiliasi dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret
- Nyeri berafiliasi dengan proses inflamasi
- Perubahan proses keluarga berafiliasi dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
- Peningkatan suhu tubuh berafiliasi dengan proses infeksi
- Resiko kekurangan volume cairan berafiliasi dengan peningkatan kehilangan cairan
- Gangguan contoh tidur berafiliasi dengan sesak dan batuk
- Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan anoreksia, intake inadekuat
- Kurang pengetahuan orang renta perihal proses penyakit berafiliasi dengan kurang informasi
Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan. 1
Ketidakefektifan contoh nafas berafiliasi dengan proses inflamasi pada susukan pernafasan, aadanya sekret
Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan
Kriteria hasil : Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi:
- Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan. Rasional: sebagai dasar dalam memilih intervensi selanjutnya
- Berikan posisi yang nyaman pada pasien. Rasional : Semi fowler sanggup meningkatkan perluasan paru dan memperbaiki ventilasi
- Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas. Rasional : Untuk memperbaiki ventilasi
- Anjurkan untuk tidak memperlihatkan minum selama periode tachypnea. Rasional : Agar tidak terjadi aspirasi
Kolaborasi
- Pemberian oksigen. Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen
- Nebulizer. Rasional: Mengencerkan sekret dan memudahkan pengeluaran sekret
- Pemberian obat bronchodilator. Rasional: Untuk vasodilatasi susukan pernapasan
Diagnosa keperawatan. 2
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berafiliasi dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan :Bebasnya jalan nafas dari kendala sekret
Kriteria Hasil : Jalan nafas yang higienis dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara
napas bersih
Intervensi:
- Kaji bersihan jalan napas klien. Rasional : Sebagai indicator dalam memilih tindakan selanjutnya.
- Auskultasi bunyi napas. Rasional : Ronchi menerangkan adanya sekret pada jaan nafas
- Berikan posisi yang nyaman. Rasional : Mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position).
- Lakukan suction sesuai indikasi. Rasional: membantu mengeluarkan sekret
- Anjurkan keluarga untuk memperlihatkan air minum yang hangat. Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga gampang untuk dikelurkan
Kolaborasi
- Pemberian ekspectorant. Rasional : Untuk mengencerkan dahak
- Pemberian antibiotic. Rasional: Mengobati infeksi sehingga terjadi penurunan produksi sekret
Diagnosa Keperawatan. 3
Nyeri berafiliasi dengan proses inflamasi
Tujuan :Nyeri terkontrol atau menghilang
Kriteria Hasil :Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi
wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel
Intervensi :
- Kaji nyeri yang dirasakan klien , perhatikan respon verbal dan nonverbal. Rasional: sebagai indicator dalam memilih intervensi selajutnya
- Anjurkan keluarga memperlihatkan minum air hangat. Rasional: Mengurangi nyeri pada tenggorokan
- Berikan lingkungan yang nyaman. Rasional: meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat
Kolaborasi
- Pemberian antibiotik. Rasional: Mengobati infeksi
- Pemberian ekspectoran. Rasional : Memudahkan pengeluaran sekret sehingga mengurang rasa sakit ketika batuk
Diagnosa Keperawatan. 4
Perubahan proses keluarga berafiliasi dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan :Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melaksanakan koping
Kriteria Hasil :Orang renta mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak
Intervensi:
- Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang renta untuk gosip dukungan. Rasional: Sebagai dasar dalam memilih tindakan selanjutnya
- Gali perasaan keluarga dan persoalan sekitar hospitalisasi. Rasional: Mengetahui persoalan dan perasaan yang dirasakan oleh keluarga. Dapat mengurangi kecemasan
- Berikan pinjaman sesuai kebutuhan
- Rasional: pinjaman yang adekuat menghasilkan prosedur coping yang efektif
- Anjurkan kepada keluarga semoga terlibat secara eksklusif dan aktif dalam perawatan anaknya. Rasional: Dapat mengurangi rasa cemas lantaran sanggup memantau eksklusif perkembangan anaknya
- Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan. Rasional: Peningkatan pengetahuan menyebarkan kooperatif dan mengurangi kecemasan
Diagnosa keperawatan. 5
Peningkatan suhu tubuh berafiliasi dengan proses infeksi
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria Hasil : Hipertermi/peningkatan suhu sanggup teratasi dengan proses infeksi hilang
Intervensi :
- Kaji peningkatan suhu tubuh yang dialami oleh klien. Rasional: sebagai dasar dalam memilih intervensi selanutnya
- Observasi tanda-tanda vital. Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur sanggup memilih perkembangan perawatan selanjutnya.
- Berikan dan anjurkan keluarga untuk memperlihatkan kompres dengan air pada tempat dahi dan ketiak. Rasional: Dengan memperlihatkan kompres maka akan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan materi mediator .
- Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian cairan melalui rute oral sesuai indikasi. Rasional: Kebutuhan cairan meningkat lantaran penguapan tubuh meningkat.
- Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal dan menyerap keringat
- Rasional: Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik. Rasional: Untuk mengontrol panas
Diagnosa Keperawatan. 6
Resiko kekurangan volume cairan berafiliasi dengan peningkatan kehilangan cairan
Tujuan :Volume cairan tetap seimbang
Kriteria Hasil :Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal
Intervensi :
- Kaji tanda-tanda dehidrasi. Rasional: Sebagai dasar dalam memilih tindakan selanjutnya
- Observasi TTV. Rasional: Perubahan TTV merupakan indicator terjadinya dehidrasi
- Anjurkan orang renta untuk tetap memperlihatkan cairan peroral. Rasional: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
- Jelaskan kepada orang renta pentingnya cairan yang adekuat bagi tubuh. Rasional :Peningkatan pengetahuan menyebarkan kooperatif orang renta dalam tindakan keperawatan
- Kolaborasi pemberian cairan parenteral. Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
Diagnosa Keperawatan. 7
Gangguan contoh tidur berafiliasi dengan sesak dan batuk
Tujuan : Pola tidur kembali optimal
Kriteria Hasil :Pola tidur membaik ditandai dengan orang renta melaporkan anaknya sudah sanggup tidur, klien nampak segar
Intervensi :
- Kaji gangguan contoh tidur yang dialami klien. Rasional: sebagai indicator dalam melaksanakan tindakan selanjutnya
- Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : Mengurangi rangsangan bunyi yang sanggup mengakibatkan klien tidak nyaman untuk tidur
- Berikan bantal dan seprei yang bersih
- Rasional: meningkatkan kenyamanan
Kolaborasi
- Pemberian obat sedatif. Rasional :membantu klien untuk istirahat
- Pemberian antibiotic. Rasional: Mengobati infeksi
Diagnosa Keperawatan. 8
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan anoreksia, intake inadekuat
Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan berat tubuh 15-20%
Intervensi :
- Kaji status nutrisi klien. Rasional: Sebagai indikator dalam memilih intervensi selanjutnya
- Timbang berat tubuh setiap hari. Rasional: Mengetahui perkembangan terapi
- Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering. Rasional: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
- Anjurkan keluarga untuk menyajikan masakan dalam keadaan hangat. Rasional: Meningkatkan nafsu makan
- Jelaskan kepada keluarga pentingnya nutrisi yang adekuat dalam proses kesembuhan. Rasional : Peningkatan pengetahuan menyebarkan kooperatif keluarga dalam pemberian tindakan
- Kolaborasi dengan belahan gizi. Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai kebutuhan
Diagnosa keperawatan. 9
Kurang pengetahuan orang renta perihal proses penyakit berafiliasi dengan kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan orang renta klien perihal proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :Pengetahuan orang renta klien meningkat ditandai dengan orang renta mengerti perihal penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan orang renta klien perihal proses penyakit anaknya. Rasional:sebagai dasar dalam menetukan tindakan selanjutnya
- Jelaskan pada keluarga klien perihal Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memperlihatkan penkes. Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga
- Bantu orang renta klien untuk menyebarkan planning asuhan keperawatan dirumah sakit mirip : diet, istirahat dan acara yang sesuai. Rasional: Melibatkan keluarga dalam perencanaan sanggup meningkatkan pemahaman keluarga
- Beri kesempatan pada orang renta klien untuk bertanya perihal hal yang belum dimengertinya. Rasional: Menghindari melewatkan hal yang tidak dijelaskan dan belum dimengerti oleh keluarga
Evaluasi
- Pola nafas kembali efektif ditandai dengan perjuangan nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
- Bebasnya jalan nafas dari kendala sekret ditandai dengan jalan nafas yang higienis dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, bunyi napas bersih
- Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel
- Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melaksanakan koping ditandai dengan orang renta mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak
- Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh dalam batan norma, keluarga melaporkan anaknya tidak demam
- Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal
- Pola tidur membaik ditandai dengan orang renta melaporkan anaknya sudah sanggup tidur, klien nampak segar
- Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan berat tubuh 15-20%
- Pengetahuan orang renta klien meningkat ditandai dengan orang renta mengerti perihal penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan
Daftar Pustaka
- Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
- Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc
- DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
- Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: anutan untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien
- Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
- Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan ISPA pdf dan doc, dibawah :
- Laporan pendahuluan ISPA pdf, (Ambil File)
- Laporan Pendahuluan ISPA doc, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP ISPA (infeksi susukan pernafasan akut), d0wnl0ad pdf dan doc kami bagikan semoga sanggup menjadi tumpuan untuk pembuatan kiprah keperawatan sahabat - sahabat sekalian. Terima kasih.