Sunday, February 12, 2017

√ Askep Asites Dan Parasentesis Abdomen (Pungsi Asites)

ASUHAN KEPERAWATAN
ASITES DAN PARASENTESIS ABDOMEN (PUNGSI ASITES)


A.    DEFINISI
Menurut Hawkeys (2012), Asites berasal dari bahasa yunani yang berarti tas kulit yang dipakai untuk membawa anggur, air atau minyak. Asites merupakan akumulasi cairan patologis didalam rongga peritoneal.
Menurut Yamada (2009), Asites ialah akumulasi cairan di rongga peritoneal, penyebab yang paling umum ialah sirosis hepatis, keganasan peritoneal dan gagal jantung.
Menurut Niedhurber (2014), Asites ialah penumpukkan cairan patologis didalam rongga peritoneal yang kebanyakan disebabkan oleh penyakit sirosis pada parenkim hati sebanyak 85% kasus, asites lantaran keganasan sebanyak 10% masalah dan sisanya disebabkan oleh gagal jantung dan penyebab lain.

B.     ETIOLOGI
Menurut Grace (2007) dalam bukunya At a Glance Ilmu Bedah, asites merupakan cairan yang berakumulasi dalam rongga peritoneal disebabkan 6 hal, yaitu:
1.      Peritonitis kronis (misalnyatuberkulosis, apendisitis yang tidak terdiagnosis)
2.      Karsinomatosis (tumor ganas, khususnya ovarium, lambung)
3.      Penyakit hati kronis (sirosis, deposit sekunder, obstruksi vena porta atau hepatik, jerawat parasit)
4.      Gagal jantung kongestif (gagal jantung kanan, RVF)
5.      Gagal ginjal kronis (nefrotil sindrom)
6.      Kilus (obstruksi duktus limfatikus)

C.    TANDA DAN GEJALA
1.      Perut membuncit
2.      Penambahan berat badan
3.      Kesulitan bernafas lantaran perut yang tegang oleh cairan
4.      Pada masalah malignasi terjadi penurunan berat badan
5.      Pada investigasi fisik terdapat cairan yang ditandai penonjolan pada panggul
6.      Jaundice (kuning) pada pasien hepatitis
7.      Peningkatan tekanan vena porta
8.      Mudah lelah
9.      Hernia umbilikal
10.  Hasil investigasi USG terdapat peningkatan akumulasi cairan di rongga peritoneal
(Rongga peritoneum berisi + 100ml cairan yang berfungsi untuk lubrikasi / pelicin dari membran peritoneum. Pada orang remaja normal, rongga peritoneum dapan mentoleransi cairan > 2 liter tanpa menjadikan gangguan)
(Hawkey, 2012)

D.    KLASIFIKASI ASITES
Menurut Khan (2002), asites digolongkan menjadi dua grade yaitu grade tinggi dan grade rendah, tergantung pada Serum Asites Albumin Gradient (SAAG)
1.       Asites gradient tinggi ditandai dengan peningkatan tekanan vena porta, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipoalbuminemia.
2.      Asites gradien rendah ditandai dengan penyakit gagal jantung, keganasan peritoneum, perforasi kandung kemih, pankreatitis.

E.     PATOFISIOLOGI ASITES
Adanya akumulasi cairan asites menawarkan kondisi total natrium dan air di tubuh berlebih, tetapi faktor dan penyebab yang mendasari ketidak seimbangan ini belum diketahui. Meskipun banyak proses patogenesis  yang telah menawarkan terjadinya asites pada abdomen, tetapi sekitar 75% masalah disebabkan hipertensi portal pada sirosis hpatis dengan fase infektif, inflamasi dan infiltratif.
Terdapat 3 teori ihwal terbentuknya asites ini, menyerupai : underfilling, overflow dan vasodilatasi arteri perifer.
1.      Teori underfiling, menawarkan bahwa keanehan primer berkaitan dengan sequestrasi cairan pada pembuluh splangnic, yang memicu hipertensi portal dan konsekuensinya, menurunkan efektifitas volume darah yang bersirkulasi. Kondisi ini mengaktifasi renin plasma, aldosteron, nervus simpatis yang memicu retensi natrium dan air di ginjal.
2.      Teori Overflow, pada terodi ini abdnormalitas primer disebabkan gangguan retensi ginjal terhadap natrium dan air akhir tidak adanya deplesi volume. Teori ini berkembang menurut observvasi pasien sirosis yang terjadi hipervolumia intravaskuler tibanding hipovolumia.
3.      Teori yang kini dipakai ialah adanya hipotesa vasodilatasi arteri perifer. Adanya hipertensi portal memicu vasodilatasi yang mengakibatkan penurunan efektifitas volume darah arteri. Eksitasi neurohormonal meningkat, retensi natrium ginjal meningkat dan volume plasma terekspansi. Kondisi ini akan memicu overflow cairan ke cavum peritoneal abdomen. Teori vasodilatasi ini, juga menawarkan bahwa undefiling ialah fase awal dan overflo ialah fase final pada sirosis.
Meskipun urutan kejadian antara perkembangan hipertensi portal dan retensi natrium ginjal belum diketahui lebih detile mana yang lebih dahulu, tetapi fakta menawarkan bahwa hipertensi portal akan meningkatkan kadar nitrit oksida.
Nitrik oksida akan memediasi vasodilatasi perifer dan vasodilatasi splancnic. Aktifitas nitrit oksida sintasedi arteri hepatal lebih besar pada pasien dengan asites dibandingkan pasien tanpa asites. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap akumulasi cairan di cavitas abdomen ini.
Peningkatan kadarepinefrin dan norepinefrin ialah faktor yang telah ditemukan. Hipoalbuminemia dan  penurunan tekanan okontik memicu ekstravasasi cairan plasma ke peritoneal. Dan ini sering ditemukan pada pasien asites baik dengan hipertensi portal maupun hipoalbuminemia.
(Godong, 2013)







F.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan laboratorium
·         DPL : limfoma, infeksi
·         LFT: penyakit hati
·         Ureum dan elektrolit: penyakit ginjal
2.      Rontgen abdomen: asites, citra ground glass, hilangnya citra visera, massa yang besar (gambaran udara usus eksentrik, kurangnya gas pada satu kuadran), fibroid.
3.      Ultrasonografi: asites, menawarkan massa kistik.
4.      CT-Scan
5.      Parasentesis: kultur + sensitivitas (infeksi), sitologi (tumor).
6.      Biopsi hati: hepatomegali yang tidak terdiagnosis.
(Grace, 2007)

G.     KOMPLIKASI
1.      Perdarahan varises
2.      Gangguan elektrolit
3.      Ensefalopati hepatik
4.      Gangguan keseimbangan asam basa
5.      Hepatoma (Grace, 2007)

H.    PENATALAKSANAAN
Menurut Niederhurber (2014) penatalaksanaan asites sanggup dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Pemberian deuretik
2.      Kateter drainase
3.      Peritoneovenous shunting
4.      Terapi intraperitoneal
5.      Imunoterapi
6.      Radioisotop
7.      Diet pembatasan natrium
8.      Large volume parasentesis (pungsi asites):
a.       Pengertian
Parasentesi (pungsi asites) ialah tindakan memasukkan suatu kanula ke dalam rongga peritoneum untuk mengeluarkan cairan asites. Parasentesis dilakukan untuk alasan diagnostic dan kalau asites mengakibatkan kesulitan bernafas yang berat akhir volume cairan yang besar. Parasentesis cairan asites sanggup dilakukan 5-10 ltr/hr, dengan catatan harus dilakukan infuse albumin sebanyak 6-8 gr/L cairan asites yang dikeluarkan. Efek dari parasentesis ialah hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia, ensefalopati hepatica dan gagal ginjal. Cairan asites sanggup mengandung 10-30 gr protein/L, sehingga albumin serum lalu mengalami deplesi, mencetuskan hipotensi dan tertimbunnya kembali cairan asites. (Price,, 2005).
b.      Prosedur paresentesis abdomen
1)      Persiapan alat
·         Sarung tangan steril
·         Kapas alkohol
·         Infus set
·         Gunting
·         Plester
·         Bengkok/botol/plabot
·         Bethadine cair
·         Kassa steril
·         Pincet
2)      Persiapan pasien
·         Pasien diberitahu ihwal yang akan dilakukan
·         Pasien menandatangani informed concent
3)      Pelaksanaan
·         Petugas mencuci tangan
·         Petugas menggunakan sarung tangan
·         Desinfeksi dinding perut dengan bethadine
·         alkohol 70% tunggu 30 detik
·         Lakukan dengan infus set dan cairan abdomen dialirkan keluar ditampung dalam bengkok/botol/plabot
·         Fiksasi jarum infus dengan plester
·         Periksa cairan yang keluar dan alirkan keluar maksimal 2 liter cairan ascites
·         Cabut jarum infus
·         Tutup dengan kassa steril dan bethadine
c.       Komplikasi parasentesis
1)      Perdarahan
2)      Infeksi
3)      Jarum paresentesis sanggup melubangi usus, lambung atau bladder.


DAFTAR PUSTAKA

Godong, B., 2013. Patofisiologi dan Diagnosis Asites pada Anak. Volume 63 no. 1. http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/issue/archieve. journal. Jakarta
Grace A. Pierce dan Borley R. Neil. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi Ke-3.Jakarta. Erlangga.
Hawkey J.C dkk. 2012. Textbook Of Clinical Gastroenterology And Hepatology. second Edition. blackwell publishing. USA.
Niederhuber, John E dkk. 2014. Abeloff's Clinical Oncology. Fifth Edition. Elsevier Saunders. Philadelphia.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses. Penyakit. Ed.6. Jakarta: EGC.
Yamada,  Tadataka dkk. 2009. Atlas Of Gastroenterology. Fourth Edition. blackwell publishing. USA.




Sumber http://macrofag.blogspot.com