Monday, April 30, 2018

√ Pengalaman Menjadi Santri Selama 3Th | Pesantren Salafiah

Pendidikan sanggup didapat baik itu melalui jalan formal ataupun non formal, contohnya wajib sekolah dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas yaitu salah satu pendidikan formal dan pendidikan non formal sanggup didapat dari kursus, training diluar jam sekolah ataupun pesantren.

Pada artikel kali ini saya ingin sedikit bercerita seputar pengalaman ketika masuk pesantren hingga beraktifitas selama berada dilingkungan pesantren.

PESANTREN BUKANLAH PENJARA!
Anak cukup umur usia sekolah biasanya mengganggap pesantren itu ibarat penjara, mereka bahkan menganggap jikalau kedua orang tuanya memasukkannya ke sebuah pesantren itu ibarat mengasingkan. Padahal itu tidaklah benar, pesantren itu pendidikan yang sifatnya nonformal dan secara umum dikuasai berguru ihwal keagamaan islam secara mendalam, disini juga santri akan diajarkan bagaimana berguru hidup mandiri, mungkin jikalau anda masih menganggap pesantren itu sebuah penjara sanggup simak dongeng ini hingga akhir.

PESANTREN ADA 2 JENIS
Pesantren terdapat dua jenis yakni pesantren salafiyah (salafy) dan pesantren modern. Perbedaannya cukup jauh, pesantren dengan salafiyah itu sifatnya lebih mandiri, contohnya mencuci pakaian atau memasak itu dilakukan sendiri atau berhubungan dengan teman, sedangkan pesantren moderen biasanya memasak dan mencuci pakaian sudah ada yang melakukannya dan santri hanya tinggal makan dan fokus berguru saja.

Namun kebetulan atau memang disengaja saya masuk pesantren salafiyah, hampir semuanya dilakukan sendiri, mulai dari memasak, mencuci, merapihkan pakaian dan lain-lain. Makara jikalau menentukan lebih baik mana? saya lebih menentukan salafiyah, sifat kemandirian akan lebih menempel pada seorang santri dibandingkan yang moderen, tapi kini banyak orang renta santri yang lebih pesantren moderen dengan alasan mudah dan sanggup lebih fokus berguru walaupun biaya bulanannnya lebih mahal. Tapi jangan salah, selama saya pesantren tepatnya sambil sekolah Sekolah Menengah Pertama tidak pernah ranking dua dikelas, alias saya selalu rangking pertama dikelas selama masuk Sekolah Menengah Pertama hingga lulus, alhamdulilah kemandirian mengajari untuk lebih menghargai waktu, saya sanggup mengatur mana waktu untuk berguru ilmu di pensatren, ilmu disekolah, membuatkan waktu mencuci, memasak bahkan bermain dengan sahabat lainnya.

MASUK PESANTREN
Malam sebelum pergi ke pesantren adlah malam yang penuh dengan kesedihan, yaa saya berpisah dan berpamitan dengan sahabat sepengajian dimesjid. Lulus dari sekolah dasar orang renta memang sudah usang berencana untuk mengirim ke sebuah pesantren, ayah yang dulu pernah menjadi santri pastinya ingin anaknya juga sanggup mengenyam pendidikan khususnya agama di pesantren biar tahu bahwa hidup itu semata-mata bukanlah untuk mencari duniawi saja, melainkan mempersiapkan segalanya sebelum hidup kekal diakhirat nanti.

Pukul dua siang saya bersama ayah dan almarhum kakek berangkat dari rumah memakai angkot, membawa tas besar berisikan pakaian, alat tulis, peralatan mandi dan kebutuhan lain. Rasanya saya belum siap untuk menjalani kehidupan gres ini, tapi mau bagaimana lagi, mustahil menolak. Saya masuk ke pesantren Al-Hasan yang berada di Cikampek dan memang disini juga akan sekolah Sekolah Menengah Pertama (Mts/tsanawiyah).

Sesampainya di pensatren saya duduk dan memperkenalkan diri didepan pengasuh pondok pesantren, diserahkan secarik kertas yang berisikan janji-janji santri. Saya bergetar ketika membacanya alasannya disana tertuliskan sumpah bahwa harus mentaati segala peraturan dipesantren.

Setelah itu saya dibawa ke sebuah kobong (rumah santri) yang akan menjadi kawasan tinggal, ayah saya meminta diperlihatkan bagaimana hidangan makanannya disini, dan dibawakanlah sebuah piring dengan nasi dan rendang telur yang bahkan tidak ada kuahnya sama sekali, saya yang kurang suka rendang telur sedikit bergidik tidak nafsu, mungkin jikalau ada kuah rendangnya saya sanggup sedikit menikmatinya, itupun jikalau dirumah.

Akhirnya ini menjadi dikala yang paling sedih, ayah dan kakek meninggalkan dan melepaskan saya ke dunia yang baru, mereka tersenyum dan bahkan kakek mencium kedua pipi dengan penuh semangat dan haru seakan berkata, ya allah semoga anak ini menjadi anak yang membanggakan dan sanggup menyebarkan ilmu agama islam kelak.

AWAL KESEHARIAN DI PESANTREN
Satu hingga dua hari awal masuk pesantren saya menjalaninya dengan tenang, bertemu dengan sahabat baru, pengurus pensatren yang membimbing bagaimana harus terbiasa dengan aktifitas gres dan suasana pesantren yang amat berbeda dengan lingkungan rumah dulu.

Pesantren Al-Hasan ini salafiyah, kobong-kobongnya terpisah dan ada beberapa yang berdampingan, namun kebetulan saya berada dikobong yang terpisah dari kobong lain, sehingga disini tidak ada yang namanya berisik dari kobong sebelah, maklumlah kebanyakan santri masih anak sekolah menengah pertama yang memang secara sengaja mereka itu pesantren sambil sekolah, dan pastinya suka sekali bercanda hingga berisik.

Suasananya asri dan teduh alasannya banyak pepohonan mangga yang rindang dan lebat, bahkan jarak antara pohon mangga hanya tujuh hingga sepuluh meter, terdapat banyak kolam ikan kira-kira panjangnya limapuluh kali duapuluh meter, tapi ada juga yang berukuran sepuluh kali lima meter, orang sunda biasanya menyebutnya 'Balong'. airnya jernih kehijauan alasannya lumut, airnya mengalir dari irigasi citarum.

dipinggir balong terdapat areal untuk mencuci pakaian, yaa santri disini mencuci pakaian dan wudhu dilakukan dibalong ini, awalnya saya merasa tidak terbiasa, rasa airnya sedikit busuk amis, namun lambat laun terbiasa. Untuk mandi dan buang air disediakan kamar mandi tertutup, namun airnya masih sama yaitu dari air irigasi, kamar mandi ini bukanlah kamar mandi perseorangan namun untuk dipakai bersama-sama, tentunya mandinya memakai pakaian sebatas aurat bukan telanjang bulat. Kami bukan ibarat dikota yang mandi bersama walaupun sesama laki-laki telanjang bulat, kami masih memakai pakaian alasannya itu yaitu aurat dan akan dosa jikalau terlihat walaupun sesama pria, jadi pada dasarnya santri boleh dikatakan sembilan puluh persen beraktifitas dibalong untuk mandi basuh kaktus, padahal disediakan juga kamar mandi perseorangan dengan air higienis atau air Jetpam, tapi alasannya sering tidak keluar airnya jadi kembali lagi ke balong.

PENGALAMAN BERINTERAKSI DENGAN JIN
Tiga hari semenjak berada dipensatren tepatnya malam ketiga saya dibangunkan oleh senior yang menjadi ketua kobong, saya melihat jam dan ini pukul dua belas malam kurang sepuluh menit, saya pikir ini ada jadwal mengaji dan masa iya jam dua belas malam? padahal malam pertama dan kedua tidak ada jadwal mengaji malam hari.

Saya menuju kobong yang ditunjukan, kala itu jalanan antar kobong satu dan kobong lain gelap, hanya menyisakan setitik cahaya dari lampu kobong lain, saya khawatir terjatuh kebalong atau menginjak ular alasannya memang sebelah barat lingkungan pesantren berdampingan dengan area persawahan yang luas sebelah utara yaitu kebun yang gelap walaupun siang hari dan disusul irigasi citarum. Setelah hingga dikobong tujuan ternyata santri lain sudah berkumpul duduk dan saya pun ikut duduk, pengurus ibarat murka melihat kesemua santri, ternyata ada seorang santri yang membobol lemari santri lainnya dan mengambil uangnya, pengurus mengintropeksi semua santri untuk berkata jujur siapa yang melaksanakan hal tersebut, setelah setengah jam pun tidak ada yang mengaku. Akhirnya pengurus mengambil jalan lain, yaitu mendatangkan JIN yang sudah usang menghuni pesantren dan memang sudah usang bekerja sama dengan ajengan (pengasuh pondok pensatren).

Saya kaget mendengarnya, awalnya saya kira malam-malam ada pengajian khusus ternyata ini yaitu program untuk mengetahui santri yang mencuri uang dari santri lain. Wajah semua santri ada yang terlihat kaget dan cemas-cemas takut, ada juga yang biasa saja, mungkin yang masih barulah yang merasa takut, dan bahkan mereka tidak pernah bertemu dengan jin manapun sekalipun.

Semua lampu dimatikan, gelap gulita hanya ada siluet pengurus didepan pintu kobong alasannya memang diluar ada sedikit cahaya bulan walau bukan purnama, pengurus ibarat mengucapkan sesuatu, mungkin itu yaitu doa untuk memanggil jin atau apalah saya tidak tahu, mendengus-dengus dan ada sedikit raungan ibarat macan yang terdengar dari pengurus santri, dia berkata bahwa ini yaitu jalan terakhir untuk mengetahui siapa yang mencuri, dengan memanggil jin akan terkuak, alasannya mereka yaitu jin muslim sahabat pengasuh yang saling bantu, jin biasa melihat aktifitas insan tapi insan tidak sanggup melihat aktiftas jin, alasannya itulah sanggup jadi jin yang didatangkan tahu siapa pelakunya.

Dalam keadaan gelap, terdengar ibarat kerikil atau pasir berjatuhan dari atap genteng, setelah itu ada yang mencakar-cakar dinding kobong yang kala itu terbuat dari anyaman bambu, bunyi cakarannya perlahan-lahan dari belakang hingga depan, padahal semua pengurus ada didepan pintu kobong dan tidak ada yang hilir bulak balik kebelakang kedepan. Suara itu berlangsung sekitar dua menitan dan menciptakan bulu kuduk merinding, bahkan saya menutup mata tidak ingin melihat apa yang terjadi. Akhirnya lampu dihidupkan kembali, namun tidak hingga situ, alasannya santri akan diintrogasi bersama Jin dan bukan didalam ruangan ini, melainkan satu persatu didalam ruangan kobong lain.

Satu persatu santri dibawa ke kobong sebelah, dua kobong setelah kobong yang sedang menjadi kawasan berkumpul, lampu dimatikan dan hanya satu santri yang akan berkomunikasi dengan jin. Saya ingat santri pertama yang dipanggil itu Afdal, dia bercerita bahwa dia dibawa kekobong dan masuk seorang diri duduk ditengah ruangan tepatnya duduk dibawah sejadah, sebelah kanannya ada sebuah golok dan sebelahnya lagi sebuah tasbih, setelah itu lampu dimatikan, Afdal tidak boleh bergerak selama sedang berkomunikasi dengan Jin tersebut atau golok dan tasbih akan melayang disampingnya. Ketika sudah siap, maka pengurus akan menutup pintu dan dikala itulah introgasi dimulai, dalam keadaan gelap ada bunyi ibarat orang jatuh dari atas plafon, terdengar punggung yang terjatuh dan itu sangat terdengar keras hingga ke kobong dimana kami berkumpul. Afdal berbincang dengan Jin dengan bunyi nenek-nenek namun tidak terlihat terang rupanya alasannya memang gelap, saya merasa itu benar Jin, karena  tidak ada nenek-nenek dilingkungan pesantren.

Mendegar dongeng Afdal yang sudah menjadi orang pertama diintrogasi oleh Jin, saya semakin ketakutan, mengapa harus begini awal-awal berada di pensatren, saya tidak mau menjalani introgasi, selain alasannya takut saya ini masih gres dan mustahil melaksanakan hal-hal negatif bahkan mencuri. Santri kedua masuk dan tujuh menit kemudian selesai, dia juga berkata hal sama namun bedanya dia berbincang dengan seorang kakek. Jantung semakin berdetak kencang alasannya takut, saya bahkan berencana ingin berhenti pesantren jikalau orang renta menjenguk nanti.

Setelah santri kedua selesai, pengurus menyampaikan proses introgasi akan memakan waktu usang alasannya jumlah santri yang berkumpul puluhan jumlahnya, maka planning kedua yaitu menggiring santri berjalan ketepi irigasi citarum dan siapa pelakunya akan terperosok ke irigasi tersebut, mungkin Jin lah yang bertugas mendorong. Kaki dan lengan mulai lemas mendengar itu, saya melihat pengurus mengobrol ibarat berdiskusi, dan alhasil planning dibatalkan. Mereka tidak menjelaskan mengapa dibatalkan, namun kami pulang ke kobong masing dan bergegas untuk istirahat.

Keesokan harinya saya mendengar bahwa pelaku sudah diketahui dan santri yang mencuri tersebut kabur dari lingkungan pesantren tanpa diketahui, sungguh melegakan, mungkin jikalau belum diketahui prosesi ibarat malam tadi akan kembali berlangsung malam ini.

AKTIFITAS MENGAJI HARIAN
Aktifitas harian yang dilakukan santri yaitu mengaji setelah shalat lima waktu. Sesudah subuh mengaji alquran untuk kelas persiapan (kelas pertama dipesantren, santri gres kurang dari setahun) untuk kelas satu keatas mengaji dimulai pukul enam pagi hingga delapan pagi. Setelah itu pukul tujuh pagi santri kelas persiapan mengaji kitab kuning Al-jurumiyah.

Makara untuk aktifitas mengaji dipesantren dipisahkan menurut kelas, dan setiap kelas pelajarannya pun berbeda, mulai dari dasar hingga rumit, tidak semua disatukan. Setelah pukul delapan semua santri sanggup beraktifitas bebas, santri sanggup mencuci, memasak dan bermain, asalkan tidak keluar dari lingkungan pesantren. Biasanya saya mengerjakan PR sekolah diwaktu senggang ini, kebetulan sekolah bab siang, atau jikalau tidak menghafal kitab.

Setelah dzhur mengaji hingga ashar, dan setelah ashar pun mengaji hingga pukul lima sore, setelah itu santri sanggup mandi atau masak, setiap kobong mempunyai kiprah piket masak, jadi contohnya hari ini saya dan dua orang sahabat saya piket masak, dan besoknya siapa. Tiga orang yang bertugas memasak pun dibagi kembali, ada yang mencari kayu bakar dikebun, satu lagi mempersiapkan hidangan masakan dan satunya lagi mempersiapkan api ditungku buatan yang sifatnya semipermanen, jadi bukan kompor atau dapur kawasan kami memasak, tapi kami memasak sanggup dikebun, tepi sawah, tepi irigasi, pinggir balong, atau manapun. Tungku dibentuk dari tumpukan watu bata yang disusun, kemudian dibawahnya bertumpuk kayu bakar, pertama biasanya memasak nasi dengan alat masak kastrol, dosis air dan beras sangat unik disini, dua garis jari dalamnya beras dalam kastrol, maka airnya satu garis jari, artinya beras dan air itu dua banding satu, dan dari sinilah saya sanggup memasak hingga kini ini. Menu lauknya dimasak setelah nasi matang, alasannya memasak lauk tidak selama memasak nasi. Lauk yang dimasak sanggup jadi membelinya diwarung, atau sanggup memanfaatkan alam sekitar, contohnya kangkung liar dipesawahan, genjer, udang dibalong, tutut ataupun apa saja yang sanggup disajikan untuk pendamping nasi, tapi tidak untuk ikan yang dipelihara dibalong, alasannya itu ada pemiliknya dan santri dihentikan keras untuk menangkap ikan dibalong, kecuali ikan gabus atau ikan sepat yang memang bukan ikan ternak.

Sebelum magrib hidangan makan malam siap tersaji dan kami segera memakan hangat-hangat diatas daun pisang yang dibentangkan, yaa setiap hari santri makan ibarat nge-liwet dan ibarat inilah nikmatnya pesantren salafiyah, semua dilakukan berdikari dan bekerja sama.

Setelah magrib pun mengaji ibarat biasa, hingga isya. Setelah isya pun mengaji kembali hingga pukul sembilan malam atau jikalau kelas dua keatas sanggup hingga pukul sepuluh malam. setelah pukul sembilan malam saya sanggup mengerjakan PR sekolah hingga maksimal pukul sebelas, tapi ada saja santri yang tidak mengerjakan PR sekolah dengan alasan mengantuk. Tapi bagi saya sekolah dan pesantren itu penting, sekolah yaitu ilmu dunia dan pesantren ilmu alam abadi yang harus balance diantara keduanya, maka tak heran saya selalu rangking pertama dikelas, seharusnya mereka lah yang tidak pesantren sambil sekolah sanggup rangking pertama, mengingat lebih banyak waktu dirumah dibandingkan dipesantren yang mana waktupun sangat berharga. Alhamdulilah bukan saya saja yang mendapat rangking pertama disekolah tapi ada beberapa sahabat santri yang sanggup hingga tiga besar.

Hal diatas dilakukan setiap hari, jikalau santri yang tidak sanggup mengatur waktu sanggup kurang tidur nantinya, kecuali hari jumat pengajian diliburkan mulai dari malam jumat magrib, isya, besoknya setelah jumatan hingga ashar, dan kembali mengaji setelah magrib. Pada jumat inilah biasanya santri beraktifitas lebih, mereka diajarkan menanam padi, menanam jamur, bermain bola, dan aktiftas yang saya gemari dulu biasanya menanam tanaman kacang, cabai, tomat sekitar kobong, saya memang suka menghias sekitar kobong dengan tanaman yang berguna, selain itu saya lebih suka berpetualang mencari semangka dan gandum diseberang irigasi, walaupun itu milik orang lain, memetik buah kelapa ditengah sawah yang jaraknya tidak mengecewakan jauh dari lingkungan pesantren, yaa kami kadang sedikit bandel keluar dari batas pesantren, namanya juga anak tiga belas hingga lima belas tahun. Bahkan jumat biasanya yaitu hari mencuci pakaian bagi mereka yang mencuci pakaian seminggu sekali.

AKTIFITAS BELAJAR TAMBAHAN
Aktifitas pelengkap berupa berguru qira'ah (melantunkan ayat al qur'an dengan nada-nada tertentu), muhadhoroh (acara berguru untuk ceramah, shalawat nabi), hafalan surat atau kitab-kitab tertentu. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali, contohnya qira'ah hanya pada hari selasa setelah shalat isya atau Muhadhoroh dilaksanakan setiap hari rabu setelah isya. Hal ini bertujuan biar nantinya santri sanggup menjadi tokoh agama didalam masyarakat, khususnya disekitar rumahnya. Bayangkan nanti siapa yang akan meneruskan khutbah jumat atau shalat idul fitri dan idul adha didalam masyarakat.

Mengahafal kitab yaitu bab yang paling menakutkan, santri menghafal kitab yang ditentukan dan juga ditentukan dimulai dari mana hingga berakhir hingga mana hafalannya, santri diberi waktu seminggu untuk mengahafal, setiap ahad pagi setelah subuh wajib menyetorkan hafalan kitabnya, memang tidak banyak hafalannya sekitar satu halaman kitab yang ukuran kertasnya sama ibarat buku tulis kecil. Menghafal dalam bahasa indonesia mungkin akan lebih mudah, namun ini dalam bahasa arab, akan sedikit kesusahan jikalau tidak terbiasa.

Lalu jikalau dalam waktu seminggu tidak hafal atau hanya sebagian yang hafal, maka akan dieksekusi oleh pengurus, sanksi berupa Ta'jir (dipermalukan biar jera), biasanya santri dipukul oleh sebilah bambu kecil pada bab betis sebanyak sepuluh kali, namun tidak terlalu keras. Hal yang menciptakan aib yaitu sanksi ini berlangsung ketika selesai program muhadhoroh, didepan santriwati juga. Mungkin jika bukan santri tidak merasa malu, namun berbeda jikalau seorang santri yang bertemu lawan jenis apalagi sesama santri niscaya akan malu, alasannya memang tidak terbiasa mengobrol antara santriawan dan santriwati, yaa itu sangat dihentikan keras oleh pengurus. Ta'jir selain untuk menghukum bagi yang tidak selesai hafalannya, juga diberlakukan bagi santri yang masbuk (shalat berjamaah tertinggal rakaat dari imam) dan itu dilakukan lima waktu.

AKTIFITAS DILUAR BELAJAR
Aktifitas selain berguru ihwal kitab-kitab kuning, santri juga berguru untuk menjadi seorang yang sanggup mencari nafkah jikalau sudah tidak lagi pesantren. Pengurus biasanya mengajak santri untuk menanam padi disawah, bagaimana cara tandur (semai benih yang sudah dua minggu), memberi pupuk, panen, beternak ikan dibalong ataupun aktifitas fisik lainnya. Semua ini dilaksanakan pada hari ahad mulai pukul delapan hingga menjelang dzuhur, selain itu saya juga pernah mengikuti bela diri yang memang sengaja diadakan oleh alumni santri, yah itu menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Kebersamaan bersama teman-teman menjadi hal yang paling berharga, sudah ibarat keluarga sendiri, bagaimana tidak sehari penuh dan bertahun-tahun selalu gotong royong menjalani kehidupan sebagai santri.

PHBI (PERINGATAN HARI BESAR ISLAM)
Tahun gres muharram biasanya menjadi ajang perlombaan dalam kebaikan, istilahnya fastabiqul khairat yaitu berlomba-lomba dalam hal kebaikan, perlombaan pun bermacam-macam, mulai dari ceramah, hafalan surat, mengambarkan kitab-kitab tertentu, qira'ah dan masih banyak lainnya. Acara ini berlangsung selama seminggu, sayangnya saya tidak sanggup mengikuti perlombaan yang sudah semenjak usang dinantikan yaitu mengambarkan kitab Safinatun najah (kitab fiqih), padahal saya sudah usang berguru dan memahaminya, bahkan optimis setidaknya tiga besar jadi juara, namun apa daya saya sakit selama tiga hari dan tidak sanggup berjalan.

Menjadi pemenang atau juara dalam lomba PHBI ini merupakan kebanggan tersendiri, pemenang akan maju kedepan ketika muhadhoroh dan diberi hadiah, saya melihatnya ketika tahun pertama menjadi santri, namun tahun kedua tidak sanggup mengikuti perlombaan tersebut dan ini sangat sedih. Saya itu ingin menjadi yang utama dalam hal pendidikan diantara sahabat yang lainnya, contohnya disekolah Sekolah Menengah Pertama pun saya turut serta dalam perlombaan class meeting ibarat cerdas cermat kelas atau lomba kaligrafi arab, dan alhamdulilah membuahkan hasil menjadi juara pertama lomba kaligrafi melawan tiga jenjang kelas (kelas VII, VIII, IX) dan juara kedua lomba cerdas cermat kelas VIII.

PASARAN DI BULAN RAMADHAN
Pasaran yaitu kegiatan yang hanya diadakan pada bulan ramadhan, kegiatan ini yaitu mempelajari kitab yang berbeda dari biasanya. pasaran dilaksanakan setelah shalat fardhu ibarat biasanya, dan dalam waktu kurang dari satu bulan kitab tersebut harus sudah tamat.

PERPISAHAN
Perpisahan disini bukanlah perpisahan keluar dari pesantren melainkan perpisahan sementara alasannya masuk jadwal libur, libur hanya sekitar dua ahad saja, seminggu sebelum lebaran dan seminggu setelahnya. Setelah pasaran selesai maka hal yang paling dinantikan yaitu satu hari atau tepatnya malam sebelum besoknya pulang kerumah masing-masing untuk merayakan lebaran idul fitri, yaitu dilaksanakan program perpisahan.

Acara perpisahan sangat meriah, ada sambutan dari pengasuh dan sisanya program yang dibentuk oleh santri ibarat akting komedi ala santri, shalawatan dan bahkan bernyanyi lagu religi, dan masih banyak alasannya setiap grup atau kobong unjuk kebolehannya.

Perpisahan dilaksanakan setelah isya diaula pesantren, semua santri hadir menyaksikan kemeriahannya, dekorasi pun ramai dipasang disudut-sudut, ini menyatakan bahwa seluruh umat muslim akan merayakan kemenangannya, yaitu kemenangan dihari raya idul fitri.

AKHIR KATA
Menjadi santri yaitu suatu pujian tersendiri, sekali sudah menjadi santri tidak akan ada yang namanya bekas santri, gelar santri akan ada hingga final hayat. Makara pesantren bukanlah ibarat penjara yang dibayangkan, bukan kawasan lahirnya t3r0ris, disini terlahir penerus bangsa yang akan bergabung kedalam masyarakat. Meneruskan jejak kerasulan dan menyebarkannya kepenjuru negeri, jadi jangan takut menjadi santri.

Sebelah kanan yaitu gedung sekolah Mts/Smp dan kiri yaitu kobong santri, dan yang tengah itu yaitu kobong dimana prosesi introgasi dengan Jin. Sumber : alhasan88.blogspot
Mesjid pesantren, memang baik itu mesjid kobong dan majlis dikelilingi balong dan banyak pohon mangga. Sumber : alhasan88.blogspot

Majlis pintu sebelah kanan dan sebelah kiri kantor pondok. Memang tampilannya ibarat jaman dahulu, tapi saya suka alasannya sangat tradisional dan atapnya ibarat mesjid di demak Banten, kental budaya islam. Sumber : alhasan88.blogspot


Sumber http://www.hendrisetiawan.com