Tuesday, December 5, 2017

√ Makna Tersirat Dalam Pakaian Tabiat Jawa (Pembahasan Lengkap)

Makna Tersirat Dalam Pakaian Adat Jawa (Pembahasan Lengkap) – Kali ini kita akan membahas sedikit perihal budaya. Yang akan kita bahas disini ialah pakaian tabiat Jawa, pembahasan ini menarik untuk dibahas.


Makna Tersirat Dalam Pakaian Adat Jawa (Pembahasan Lengkap)


Banyak yang menyebut pakaian tradisional tabiat Jawa dengan busana kejawen. Seperti yang kita tahu bahwa kebudayaan jawa sangat kental dengan simbol-simbol tersembunyi. Hampir setiap hal dalam masyarakat Jawa selalu diciptakan dengan mempunyai perlambang tertentu bagi orang Jawa. Hal tersebut juga berlaku pada busana Jawa yang penuh dengan piwulang sinandhi (ajaran tersamar) kaya akan pedoman dan tutunan hidup Jawa.


Dalam busana Jawa ini tersembunyi pedoman dan tuntunan untuk melaksanakan segala sesuatu di dunia ini secara harmoni. Masyarakat Jawa sangat mengedepankan keseimbangan, hal ini berlaku pada hal apa pun dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia, diri sendiri maupun Tuhan Yang Maha Kuasa Pencipta segalanya.


 Kali ini kita akan membahas sedikit perihal budaya √ Makna Tersirat Dalam Pakaian Adat Jawa (Pembahasan Lengkap)


Pakaian tradisional tabiat Jawa yang dikenakan pada bab kepala ialah iket dan udheng; dibagian tubuh ada rasukan (baju); jarik, sabuk, epek, dan timang dibagian belakang tubuh yakni keris dan dikenakan dibagian bawah atau bab kaki yaitu canela.


Pakaian Bagian Atas


Pada bab kepala biasanya orang Jawa kuna (tradisional) mengenakan ‘iket’ yaitu ikat kepala yang dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi epilog kepala. Cara mengenakan iket harus besar lengan berkuasa supaya ikatan tidak praktis terlepas. Makna iket dimaksudkan insan sepantasnya mempunyai pemikiran yang kenceng, dalam artian tidak praktis terombang-ambing hanya alasannya situasi atau orang lain tanpa pertimbangan yang matang.


Selanjutnya udheng, penggunaannya hampir sama dengan iket, dikenakan di bab kepala dengan cara mengenakan menyerupai mengenakan sebuah topi. Jika sudah dikenakan di atas kepala, iket dan udheng sulit dibedakan alasannya ujud dan fungsinya sama. Udheng berasal dari kata kerja Mudheng atau mengerti dengan jelas. Maksudnya supaya insan mempunyai pemikiran yang kukuh, mengerti dan memahami tujuan hidup dan kehidupan. Selain itu udheng juga mempunyai arti bahwa insan harus punya keterampilan untuk menjalankan pekerjaannya dengan dasar pengetahuan yang mantap.


Busana kejawen menyerupai beskap selalu dilengkapi dengan benik (kancing baju) disebelah kiri dan kanan. Lambang yang tersirat dalam benik ialah supaya seseorang dalam melaksanakan tindakan apapun selalu (diniknik) diperhitungkan dengan cermat. Apapun yang dilakukan hendaklah jangan hingga merugikan orang lain. Selalu menjaga antara kepentingan langsung dan kepentingan umum. Sabuk (ikat pinggang) dikenakan dengan cara dilingkarkan (diubetkan) ke badan.


Hal ini melambangkan harus bersedia untuk tekun berkarya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah insan harus selalu ubed (bekerja dengan sungguh-sungguh) dan jangan hingga kerjanya tanpa ada hasil atau buk (impas/tidak ada keuntungan). Kata sabuk berarti usahakanlah supaya segala yang dilakukan tidak ngebukne. Kaprikornus harus ubed atau gigih.


Epek mengandung arti bahwa untuk sanggup bekerja dengan baik, kita harus epek (apek dan golek) mencari pengetahuan yang berguna. Selama menempuh ilmu upayakan untuk tekun, teliti, dan cermat supaya memahaminya dengan jelas. Timang mempunyai makna apabila ilmu yang didapat harus dipahami dengan terang atau gamblang. Tidak akan ada rasa samang (khawatir). Jarik ialah kain yang dikenakan untuk menutup tubuh dari pinggang hingga mata kaki. Jarik bermakna aja praktis serik (jangan praktis iri terhadap orang lain). Wiru Jarik atau kain yang dikenakan selalu dengan cara mewiru (melipat) pinggiran yang vertikal satu sisi saja sedemikian rupa.


Wiru atau wiron diperoleh dengan cara melipat-lipat (mewiru). Ini mengandung pengertian bahwa jarik tidak sanggup lepas dari wiru, mengandung arti wiwiren aja nganti kleru atau kerjakan segala hal jangan hingga keliru, supaya kita sanggup menumbuhkan suasana yang menyenangkan dan harmonis. Bebed ialah kain (jarik) yang dikenakan oleh pria menyerupai halnya pada perempuan, bebed artinya insan harus ubed, rajin bekerja, berhati-hati terhadap segala hal yang dilakukan dan bekerja sepanjang hari (tumindak nggubed ing rina wengi)


Canela mempunyai arti ‘canthelna jroning nala’ peganglah besar lengan berkuasa dalam hatimu. Canela sama artinya selop atau sandal. Canela selalu dikenakan di kaki, artinya dalam menyembah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, hendaklah dari lahir hingga batin sujud. Dalam hati hanyalah sumeleh (pasrah) kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

Curiga lan warangka


Curiga atau keris berujud wilahan yang terdapat dalam warangka atau tempatnya. Curiga dikenakan di bab belakang badan. Keris ini mempunyai makna bahwa keris sekaligus warangka sebagaimana insan sebagai ciptaan dan penciptanya Allah Yang Maha Kuasa, representasi dari konsep manunggaling kawula Gusti. Berdasarkan letaknya, keris mempunyai makna bahwa korelasi dengan Tuhan Yang Maha Kuasa hendaknya tidak dipertunjukkan.


Demikianlah pembahasan kita mengenai Makna Tersirat Dalam Pakaian Adat Jawa (Pembahasan Lengkap), semoga artikel diatas sanggup bermanfaat. Terimakasih 🙂



Sumber http://www.seputarpengetahuan.co.id