DEFINISI
Efusi pleura yaitu akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan sanggup mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi. Terdapat empat tipe cairan yang sanggup ditemukan pada efusi pleura : Cairan serusa (hidrothorax),Darah (hemothotaks),Chyle (chylothoraks), dan Nanah (pyothoraks atau empyema).
Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis. Bila di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta org/th. Di Indonesia TB Paru yaitu peyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3 efusi pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan lantaran TB lebih banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan menurut penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura.
ETIOLOGI/FAKTOR PREDISPOSISI
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibuat dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura yaitu selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru).
Bisa terjadi 3 jenis efusi yang berbeda :
- Efusi Transudat sanggup disebabkan oleh biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru. Seperti kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh lantaran sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.
- Efusi Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia, tumor, infark paru, radiasi, penyakit kolagen. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa teladan penyakit yang bisa menimbulkan efusi pleura eksudativa.
Berdasarkan sumber lain, penyebab efusi pleural yaitu:
- Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, lantaran adanya bendungan menyerupai pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
- Pembentukan cairan yang berlebihan, lantaran radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, nanah amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, lantaran tumor dimana masuk cairan berdarah dan lantaran trauma. Di Indonesia 80% lantaran tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura sanggup terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
- Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
- Penurunan tekanan osmotic koloid darah
- Peningkatan tekanan negative intrapleural
- Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
PATOFISIOLOGI
Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap lantaran adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini sanggup dipertahankan lantaran adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parietalis.
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis lantaran adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, hal ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu contohnya pada hyperemia akhir inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung).
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak memiliki kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya. Akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit berikut: Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
Berdasarkan jenis cairannya dibedakan menjadi:
- Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi lantaran cedera di dada. Penyebab lainnya adalah: pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura gangguan pembekuan darah.
Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya gampang dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang. - Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi bila pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura.
Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
- Pneumonia
- Infeksi pada cedera di dada
- Pembedahan dada
- Pecahnya kerongkongan
- Abses di perut.
GEJALA KLINIS
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya) yaitu sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk bila penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak memperlihatkan tanda-tanda sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: batuk,cegukan,pernafasan yang cepat,dan nyeri perut. Sekitar 25% penderita efusi pleura keganasan tidak mengalami keluhan apapun pada ketika diagnosis ditegakkan.
Gejala lainnya:
· Adanya timbunan cairan menimbulkan perasaan sakit lantaran pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
· Adanya gejala-gejala penyakit penyebab menyerupai demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
· Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit sanggup terjadi bila terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
Untuk Mend0wnl0ad Askep Efusi Pleura Silahkan Klik Disini
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN EFUSI PLEURA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama : Tn. G
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 50 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan terakhir : DIII Tehnik
Alamat : Jl……
Nomor Register : -
Tanggal MRS : -
Tanggal Pengkajian : -
Diagnosa Medis : Efusi Pleura
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 45 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Pendidikan terakhir : SMK
Alamat : Jl….
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
Nyeri Dada dan Sesak
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat tiba klien batuk, sesak nafas, nyeri dada, rasa berat pada dada, berat tubuh menurun. Saat dikaji oleh perawat, klien mengeluh nyeri penggalan dada dengan skala nyeri 5 (skala 0-10), nyeri menyerupai tertindih beban berat, nyeri bertambah ketika beraktifitas berat dan berkurang ketika beristirahat.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Imunisasi : Klien menyampaikan terakhir imunisasi ketika masih kecil.
Alergi : Klien menyampaikan tidak ada riwayat alergi.
Penyakit yang pernah diderita : Klien menyampaikan memiliki penyakit TB paru
Obat-obatan yang pernah di dipakai : Rifampicin
Riwayat masuk RS : Klien menyampaikan masuk RS….pada tahun 2010
Riwayat kecelakan : -
Riwayat tindakan operasi : -
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien menyampaikan bahwa keluarga tidak memiliki penyakit keturunan yang berat atau menular.
3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sesak nafas, Kesadaran Umum Compos Mentis
2. Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah : 100/70 mmHg
• Nadi : 88x Permenit
• Suhu : 37,8ºC
• RR : 35x Permenit
3. Antropometri
• Tinggi Badan : 164cm
• BB : 46kg
• Indeks Masa Tubuh : BB = 44 = 44 = 16,3
TB² (1,64)² 2,6896
4. Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, distribusi rambut merata, tidak rontok, tidak gampang dicabut, tidak ada benjolan, tidak ada keluhan.
5. Mata
Letak bola mata simetris, gerakan bola mata simetris, kelopak mata tidak ada oedema, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, Tekanan Intra Okuler (TIO) sama, pupil dan refleks cahaya normal, ketajaman mata normal OD = 4/5 OS 5/5
6. Telinga
Kebersihan indera pendengaran bersih, tidak ada oedema dan secret, letak indera pendengaran simetris, fungsi pendengaran baik
7. Hidung
Terdapat cuping hidung, kebersihan lubang hidung bersih, tidak ada oedema dan secret, letak hidung simetris, tidak ada peradangan membran mukosa hidung, tidak terdapat polip, fungsi penciuman baik.
8. Mulut dan Faring
• Mulut bersih, tidak ada amis mulut, terdapat mukosa pada mulut
• Bibir : Warna pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan bentuk
• Gusi : Warna merah muda, tidak ada gingivitis, tidak ada perdarahan
• Gigi : Jumlah gigi 33, ada caries gigi pada gigi molar, tidak ada perdarahan, abses, dan benda ajaib (gigi palsu)
• Lidah : Warna pucat dan pergerakan pengecap normal
• Faring : Warna merah muda, tidak ada peradangan, tidak ada eksudat, tonsil tidak ada pembesaran
9. Leher
Bentuk leher normal, tidak ada oedema dan jaringan parut, tidak ada tekanan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada kaku kuduk dan mobilitas leher normal.
10. Thorax dan Dada
• Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang, ada retraksi intercostal, tidak ada oedema dan jaringan parut, vocal premitus menurun, neyri dada, pemasangan kateter thorax
• Suara nafas menghilang pada penggalan terinfeksi, bunyi ucapan (vocal resonans) normal, ketika perkusi terdengar pekak
• Pada jantung ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi jantung normal
• Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan pembengkakan, tidak ada secret.
11. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi, tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, tidak ada nyeri tekan.
12. Ekstremitas atas
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih, refleks biceps dan trisep +
13. Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski +
4. DATA BIOLOGIS
1. Pola Nutrisi
Makan
a. Frekuensi : 3x Sehari
b. Jenis : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
c. Porsi/Jumlah : 1 Piring kecil
d. Keluhan : Tidak nafsu makan
e. Makanan yang dipantang : Tidak Ada
f. Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
g. Suplemen yang dikonsumsi : Vit. C
Minum
a. Jenis : Air putih
b. Jumlah : ± 8 Gelas
2. Pola Eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
Klien menyampaikan BAB tidak teratur
Buang Air Kecil (BAK)
a. Input : 480cc
b. Output : 300cc
c. Balance : Input – Output = 180cc
d. Warna : Kuning Jernih
e. Keluhan : Tidak ada
3. Pola Istirahat/Tidur
a. Tidur Siang : ± 2 jam
b. Tidur Malam : ± 7 Jam
c. Keluhan Tidur : Klien menyampaikan terkadang terbangun ketika malam hari lantaran tidak nyaman tidur
4. Personal Hygiene
a. Mandi : 1x Sehari
b. Jenis Pakaian : Kaos dan daster
c. Perawatan Gigi : Tidak terlalu rutin
d. p3ns Hygiene : Dibersihkan 1x sehari
5. DATA PSIKOLOGIS
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Status Emosi : Terkadang sedikit Cemas
c. Pola Koping : Positif ( Klien selalu menceritakan problem yang dihadapinya
d. Pola Komunikatif : Klien Koperatif
e. Konsep Diri :
Gambaran Diri : Klien terbuka dalam semua pertanyaan
Peran Diri :
Klien mengakui dirinya sebagai suami yang baik bagi istrinya
Klien mengakui dirinya sebagai ayah yang baik bagi anaknya
Harga Diri :
Klien mengakui tidak merasa tersisihkan
Klien mengakui merasa dibutuhkan
Klien mengakui bahagia menjadi seorang ayah
6. DATA SOSIAL
Klien menyampaikan bekerjasama baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar
7. DATA SPIRITUAL
Klien menyampaikan selalu solat 5 waktu dan menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim.
8. THERAPHY
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
- Rontgen dada : Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang kesudahannya memperlihatkan adanya cairan.
- CT scan dada: CT scan dengan terang menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa memperlihatkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
- USG dada: USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
- Torakosentesis : Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya sanggup diketahui dengan melaksanakan investigasi terhadap teladan cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah dampak pembiusan lokal).
- Biopsi:Jika dengan torakosentesis tidak sanggup ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana teladan lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
- Analisa cairan pleura : Efusi pleura didiagnosis menurut anamnesis dan investigasi fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks.
- Bronkoskopi : Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
DIAGNOSA KEPERAWATAN UNTUK PASIEN EFUSI PLEURA
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan efusi pleura antara lain :
· Diagnosa keperawatan pre-op :
- Ketidakefektifan pola pernafasan bekerjasama dengan menurunnya perluasan paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura
- Gangguan pertukaran gas bekerjasama perubahan membran alveolar-kapiler.
- Nyeri dada bekerjasama dengan peradangan pada rongga pleura.
- Hipertermia bekerjasama dengan peningkatan suhu tubuh secara mendadak ditandai dengan demam.
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan anoreksia. akhir sesak nafas sekunder terhadap pemfokusan struktur abdomen.
- Intoleransi acara bekerjasama dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelelahan/kelemahan.
- Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan
- Kurang pengetahuan mengenai kondisi, patofisiologis efusi pleural, hukum pengobatan sehubungan dengan kurang terpajang informasi.
Diagnosa keperawatan post-op:
- Nyeri bekerjasama dengan faktor-fakor fisik (pemasangan water seat drainase (WSD))
- Risiko infeksi bekerjasama dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.
- Ansietas bekerjasama dengan pemasangan WSD dan terapi torakosintesis.
No | Diagnosa | Tujuan | Intervensi |
1 | Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucus | Setelah dilakukan askep … jam Status respirasi: terjadi kepatenan jalan nafas dg KH:Pasien tidak sesak nafas, auskultasi bunyi paru bersih, tanda vital dbn. | Airway manajemenn · Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi bila memungkinkan. · Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi · Identifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas. · Pasang ET bila memeungkinkan · Lakukan terapi dada bila memungkinkan · Keluarkan lendir dengan suction · Asukultasi bunyi nafas · Lakukan suction melalui ET · Atur posisi untuk mengurangi dyspnea · Monitor respirasi dan status oksigen bila memungkinkan Airway Suction · Tentukan kebutuhan suction melalui oral atau tracheal · Auskultasi bunyi nafas sebelum dan setelah suction · Informasikan pada keluarga wacana suction · Masukan slang jalan afas melalui hidung untuk memudahkan suction · Bila memakai oksigen tinggi (100% O2) gunakan ventilator atau rescution manual. · Gunakan peralatan steril, sekali pakai untuk melaksanakan mekanisme tracheal suction. · Monitor status O2 pasien dan status hemodinamik sebelum, selama, san setelah suction. · Suction oropharing setelah dilakukan suction trachea. · Bersihkan tempat atau area stoma trachea setelah dilakukan suction trachea. · Hentikan tracheal suction dan berikan O2 bila pasien bradicardia. · Catat type dan jumlah sekresi dengan segera |
2 | Gangguan pertukaran gas bekerjasama dengan perubahan membran kapiler - alveolar | Setelah dilakukan askep … jam Status pernafasan seimabang antara kosentrasi udara dalam darah arteri dg KH: · Menunjukkan peningkatan Ventilasi dan oksigen cukup · AGD dbn | Airway Manajemen · Bebaskan jalan nafas · Dorong bernafas dalam usang dan tahan batuk · Atur kelembaban udara yang sesuai · Atur posisi untuk mengurangi dispneu · Monitor frekuensi nafas b/d pembiasaan oksigen Monitor Respirasi · Monitor kecepatan,irama, kedalaman dan upaya bernafas · Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan dada, memakai alat bantu dan retraksi otot intercosta · Monitoring pernafasan hidung, adanya ngorok · Monitor pola nafas, bradipneu, takipneu, hiperventilasi, resirasi kusmaul dll · Palpasi kesamaan perluasan paru · Perkusi dada anterior dan posterior dari kedua paru · Monitor kelelahan otot diafragma · Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan dan atau ketidakadanya ventilasi dan bunyi nafas · Monitor kegelisahan, cemas dan marah · Catat karakteristik batuk dan lamanya · Monitor sekresi pernafasan · Monitor dispneu dan kejadian perkembangan dan perburukan · Lakukan perawatan terapi nebulasi bila perlu · Tempatkan pasien kesamping untuk mencegah aspirasi Manajemen asam Basa · Kirim investigasi laborat keseimbangan asam basa ( missal AGD,urin dan tingkatan serum) · Monitor AGD selama PH rendah · Posisikan pasien untuk perfusi ventilasi yang optimum · Pertahankan kebersihan jalan udara (suction dan terapi dada) · Monitor pola respiorasi · Monitor kerja pernafsan (kecepatan pernafasan |
3 | Nyeri akut bekerjasama dengan biro injury: fisik | Setelah dilakukan Asuhan keperawatan …. jam tingkat kenyamanan klien meningkat dg KH: · Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3 · Ekspresi wajah tenang · klien sanggup istirahat dan tidur · v/s dbn | Manajemen nyeri : · Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. · Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan. · Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya. · Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri menyerupai suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. · Kurangi faktor presipitasi nyeri. · Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).. · Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.. · Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. · Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri. · Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain wacana pemberian analgetik tidak berhasil. Administrasi analgetik :. · Cek jadwal pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi. · Cek riwayat alergi.. · Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan takaran optimal. · Monitor TV · Berikan analgetik tepat waktu terutama ketika nyeri muncul. · Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan tanda-tanda imbas samping. |
4 | Intoleransi aktifitas bekerjasama dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan | Setelah dilakukan askep … jam Klien sanggup menoleransi acara & melaksanakan ADL dgn baik Kriteria Hasil: · Berpartisipasi dalam acara fisik dgn TD, HR, RR yang sesuai · Warna kulit normal,hangat&kering · Memverbalisasikan pentingnya acara secara bertahap · Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan latihan & istirahat · ↑toleransi aktivitas | NIC: Toleransi aktivitas · Tentukan penyebab intoleransi acara & tentukan apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi · Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien sehari-hari · ↑ acara secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi sanggup perubahan posisi, berpindah&perawatan diri · Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap. Monitor tanda-tanda intoleransi aktivitas · Ketika membantu klien berdiri, observasi tanda-tanda intoleransi spt mual, pucat, pusing, gangguan kesadaran&tanda vital · Lakukan latihan ROM bila klien tidak sanggup menoleransi aktivitas |
5 | Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan pemasukan b.d faktor biologis | Setelah dilakukan askep .. jam terjadi peningkatan status nutrisi dg KH: · Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat. · Identifikasi kebutuhan nutrisi. · Bebas dari tanda malnutrisi. | Managemen nutrisi · Kaji pola makan klien · Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya · Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan · kelaborasi dengan hebat gizi wacana kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan · tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c · monitor intake nutrisi dan kalori · Monitor pemberian masukan cairan lewat parenteral. Nutritional terapi § kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT § berikan makanan melalui NGT k/p § berikan lingkungan yang nyaman dan damai untuk mendukung makan § monitor penurunan dan peningkatan BB § monitor intake kalori dan gizi |
6 | Risiko infeksi b/d penurunan imunitas tubuh, mekanisme invasive | Setelah dilakukan askep … jam infeksi terkontrol, status imun adekuat dg KH: · Bebas dari tanda dangejala infeksi. · Keluarga tahu tanda-tanda infeksi. · Angka leukosit normal. | Kontrol infeksi. § Batasi pengunjung. § Bersihkan lingkungan pasien secara benar setiap setelah dipakai pasien. § Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien, dan ajari basuh tangan yang benar. § Pastikan teknik perawatan luka yang sesuai bila ada. § Tingkatkan masukkan gizi yang cukup. § Tingkatkan masukan cairan yang cukup. § Anjurkan istirahat. § Berikan therapi antibiotik yang sesuai, dan anjurkan untuk minum sesuai aturan. § Ajari keluarga cara menghindari infeksi serta wacana tanda dan gejala infeksi dan segera untuk melaporkan keperawat kesehatan. § Pastikan penanganan aseptic semua tempat IV (intra vena) Proteksi infeksi. § Monitor tanda dan tanda-tanda infeksi. § Monitor WBC. § Anjurkan istirahat. § Ajari anggota keluarga cara-cara menghindari infeksi dan tanda-tanda dan gejala infeksi. § Batasi jumlah pengunjung. § Tingkatkan masukan gizi dan cairan yang cukup |
7 | Kurang pengetahuan keluarga bekerjasama dengan kurang paparan dan keterbatasan kognitif keluarga | Setelah dilakukan askep … jam pengetahuan keluarga klien meningkat dg KH: · Keluarga menjelaskan kembali yg dijelaskan · Keluarga kooperative dan mau kerjasama ketika dilakukan tindakan | Mengajarkan proses penyakit · Kaji pengetahuan keluarga wacana proses penyakit · Jelaskan wacana patofisiologi penyakit dan tanda tanda-tanda penyakit · Beri citra tentaang tanda tanda-tanda penyakit kalau memungkinkan · Identifikasi penyebab penyakit · Berikan informasi pada keluarga wacana keadaan pasien, komplikasi penyakit. · Diskusikan wacana pilihan therapy pada keluarga dan rasional therapy yang diberikan. · Berikan tunjangan pada keluarga untuk menentukan atau mendapat pengobatan lain yang lebih baik. · Jelaskan pada keluarga wacana persiapan / tindakan yang akan dilakukan |
8 | Cemas bekerjasama dengan krisis situasional, hospitalisasi | Setelah dilakukan askep … jam kecemasan terkontrol dg KH: ekspresi wajah damai , anak / keluarga mau bekerjasama dalam tindakan askep. | Pengurangan kecemasan · Bina kekerabatan saling percaya. · Kaji kecemasan keluarga dan identifikasi kecemasan pada keluarga. · Jelaskan semua mekanisme pada keluarga. · Kaji tingkat pengetahuan dan persepsi pasien dari stress situasional. · Berikan informasi factual wacana diagnosa dan jadwal tindakan. · Temani keluarga pasien untuk mengurangi ketakutan dan menawarkan keamanan. · Anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien. · Berikan sesuatu objek sebagai sesuatu simbol untuk mengurang kecemasan orangtua. · Dengarkan keluhan keluarga. · Ciptakan lingkungan yang nyaman. · Alihkan perhatian keluarga untuk mnegurangi kecemasan keluarga. · Bantu keluarga dalam mengambil keputusan. · Instruksikan keluarga untuk melaksanakan teknik relaksasi. |
DAFTAR PUSTAKA
Al sagaff H dan Mukti. A, Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya ; 1995
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995
Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999
Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998
Gibson, John, MD, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ; 1995
Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan, Arcan Jakarta ; 1991
Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR, Dasar – Dasar Diagnostik Fisik Paru, Surabaya; 1994
Lismidar,proses keperawatan H,dkk, Proses keperawatan, AUP, 1990
Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC ; 1999
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press; 1994
B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat, EGC; 1992
Soeparman A. Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam jilid II ; 1990
Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta EGC ; 1998
Soedarsono, Guidelines of Pulmonology, Surabaya ; 2000
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C. (1993). Rencana asuhan Keperawatan: pemikiran untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Smelttzer, Suzanne. ( 2001). Buku didik keperawatan medikal bedah Brunner& Suddarth. Vol 1. Edisi 8. Jakarta : EGC
aciknadzirah.blogspot.com/search?q=askep-pada-pasien-efusi-pleura-kmb-i
Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com