Pendahuluan
Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks ibarat percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia semenjak tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akhir keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya tiba atas kemauan langsung mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari duduk kasus hidup pasien yang bisa meliputi tanda-tanda atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut.
Kegawatdaruratan psikiatri |
Definisi
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laris yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan tanda-tanda psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.
Tempat Rujukan Pelayanan Kegawatdaruratan Psikiatrik
Tempat acuan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari banyak sekali disiplin, meliputi kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya sosial di samping psikiater. Untuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera bagi pasien selama 24 jam.
Di dalam lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk menawarkan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan intervensi pada keadaan kritis. Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik yaitu menilai permasalahan pasien, menawarkan perawatan jangka pendek, menawarkan pengawasan selama 24 jam , mengerahkan tim untuk menuntaskan intervensi pada tempat kediaman pasien, memakai layanan administrasi keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut, menawarkan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.
Sejarah kegawatdaruratan psikiatrik
Sejak tahun 1960s usul untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik telah mengalami suatu pertumbuhan cepat dalam kaitannya dengan peningkatan seorang andal medis, dan banyaknya pilihan perawatan maya, ibarat pengobatan psikiatriks. Sekarang keadaan kegawatdaruratan psikiatrik juga telah meningkat dengan mantap, terutama di tempat perkotaan.
Kegawatdaruratan psikiatrik berafiliasi dengan orang-orang yang yang menganggur dan tunawisma dalam kaitannya dengan kemampuan, kenyamanan, dan kehidupan yang tidak terjamin. Banyak dari pasien kegawatdaruratan psikiatrik terkait karakteristik demografis dan keadaan sosial. Penanganan individual dibutuhkan untuk pasien yang memanfaatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik.
Jenis-Jenis Kegawatdaruratan Psikiatrik
1. Percobaan Bunuh Diri
Mulai tahun 2000, WHO memperkirakan satu juta orang di dunia bunuh diri setiap tahunnya. Tidak terhitung jumlahnya yang berusaha utnuk bunuh diri. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk menangani gangguan mental yang dihubungkan dengan suatu resiko bunuh diri. Para petugas kesehatan di sini diharapkan untuk meramalkan tindakan kekerasan pasien pada diri sendiri atau pada orang lain.
Faktor yang mendorong ke arah suatu bunuh diri berasal dari sangat banyak sumber, termasuk psikososial, biologi, hubungan antar pribadi, religius dan antropologi. Para petugas kesehatan akan memakai semua sumber daya mereka yang tersedia untuk memilih faktor resiko, membuat suatu penilaian, dan memutuskan perawatan mana yang diperlukan.
2. Perilaku Kekerasan
Agresi sanggup merupakan hasil dari faktor internal dan eksternal yang membuat suatu pengaktifan pada sistem syaraf yang otonom. Pengaktifan ini sanggup muncul menjadi tanda-tanda ibarat meninju rahang, melompat, membanting pintu, menampar, atau menjadi gampang terkejut. Diperkirakan bahwa 17% pengobatan ke pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik berafiliasi dengan pembunuhan dan 5% melibatkan bunuh diri dan pembunuhan.
Kekerasan dihubungkan dengan banyak kondisi, ibarat intoksikasi akut, penyakit kejiwaan akut, gangguan kepribadian psikosis paranoid, gangguan kepribadian anti sosial, gangguan kepribadian narsistik, dan gangguan kepribadian borderline. Faktor resiko lainnya yang sanggup mendorong ke arah prilaku kekerasan telah diketahui. Faktor resiko ini misalnya, kehadiran halusinasi, delusi, kerusakan syaraf, putus sekolah, belum menikah, kemiskinan, atau laki-laki. Faktor resiko lain prilaku kekerasan termasuk IQ yang tinggi dan mempunyai pengetahuan ihwal gangguan mental. Para petugas kesehatan menilai dengan lengkap faktor resiko prilaku kekerasan yang ada untuk menawarkan keamanan dan perawatan pada pasien.
3. Psikosis
Pasien dengan tanda-tanda psikosis sering ditemukan di kepingan kegawatdaruratan psikiatrik. Menentukan sumber psikosis sanggup menjadi sulit. Kadang pasien masuk ke dalam status psikosis sesudah sebelumnya putus dari perawatan yang direncanakan. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik tidak akan bisa menyediakan penanganan jangka panjang untuk pasien jenis ini, cukup dengan istirahat ringkas dan mengembalikan pasien kepada orang yang menangani masalah mereka dan/atau menawarkan lagi pengobatan psikiatrik yang diperlukan. Suatu kunjungan pasien yang menderita suatu gangguan mental yang kronis sanggup menerangkan perubahan dalam lifestyle dari individu atau suatu pergeseran kondisi medis. Pertimbangan ini sanggup berperan dalam perencanaan perawatan.
Seseorang sanggup juga sedang menderita psikosis akut. Kondisi ibarat itu sanggup disiapkan untuk diagnosis dengan memperoleh riwayat psikopatologi pasien, melaksanakan suatu pengujian status mental, pelaksanaan pengujian psikologis, perolehan neuroimages, dan memperoleh pengujian neurofisiologi lain. Berdasarkan ini, tenaga kesehatan sanggup memperoleh suatu diagnosa diferensial dan menyiapkan pasien untuk perawatan. Seperti pertimbangan penanganan pasien lainnya, asal psikosis akut sanggup sukar ditentukan alasannya yaitu keadaan mental dari pasien. Bagaimanapun, psikosis akut digolongkan sebagai keadaan yang memerlukan penanganan darurat yang segera dan penuh perhatian. Tidak adanya perawatan dan identifikasi sanggup menimbulkan bunuh diri, pembunuhan, atau kekerasan.
4. Ketergantungan dan Penyalahgunaan Obat
Penyebab umum lain pada penderita dengan tanda-tanda psikosis yaitu intoksikasi obat. Gejala akut ini terjadi sesudah masa pengamatan atau penanganan psikofarmakologis yang terbatas. Bagaimanapun isunya, ibarat ketergantungan obat atau penyiksaan, sukar untuk ditangani di Unit Gawat Darurat. Intoksikasi alkohol akut ibarat halnya bentuk lain penyalahgunaan obat memerlukan intervensi psikiatrik. Bertindak sebagai suatu penekan sistem syaraf pusat, imbas awal alkohol pada umumnya diinginkan dan ditandai oleh banyak bicara, pusing, dan berkurangnya kendala sosial. Di samping pertimbangan konsentrasi lemah, penampilan mulut dan motorik, pengertian yang mendalam, pertimbangan dan kehilangan memori jangka pendek yang bisa diakibatkan perubahan tingkah laris yang menimbulkan luka atau kematian, tingkat alkohol di bawah 60 miligram per deciliter darah pada umumnya tidak mematikan.
Bagaimanapun, individu dengan 200 miligram per deciliter darah dipertimbangkan menderita intoksikasi dan level konsentrasi pada 400 miligram per deciliter darah bersifat mematikan, menimbulkan anesthesia yang lengkap dari sistem pernapasan. Di luar perubahan tingkah laris berbahaya yang terjadi sesudah mengkonsumsi sejumlah alkohol tertentu, intoksikasi idionkrasi bisa terjadi pada beberapa individu sesudah mengkonsumsi sedikit alkohol. Kelainan ini pada umumnya terdiri dari kebingungan, disorientasi, ilusi dan halusinasi visual, aksi meningkat, amukan, hasutan, kekerasan. Pecandu minuman alkohol yang kronis sanggup menderita halusinasi, dimana konsumsi yang diperpanjang sanggup mencetuskan halusinasi auditorik. Peristiwa ibarat ini sanggup terjadi untuk beberapa jam atau seminggu penuh. Antipsikotik merupakan obat yang sering dipakai untuk menangani tanda-tanda ini.
Klinikus harus memilih penggunaan obat, dosis, dan waktu penggunaan untuk memilih perawatan jangka pendek dan panjang yang diperlukan. Perawatan yang sesuai harus pula ditentukan. Hal ini meliputi kemudahan pasien rawat jalan, kediaman pusat perawatan, atau rumah sakit. Perawatan segera dan jangka panjang ditentukan oleh keseriusan dan ketergantungan fisiologis yang ditimbulkan dari penyalahgunaan obat.
5. Reaksi dan Interaksi Obat
Overdosis, interaksi obat, dan reaksi berbahaya dari pengobatan psikiatris, terutama antipsikotik, dimasukkan ke dalam kegawatdaruratan psikiatri. Neuroleptic malignant syndrome yaitu komplikasi mematikan dari generasi pertama atau kedua obat antipsikotik. Jika tidak ditangani, neuroleptic malignant syndrome sanggup menimbulkan demam, kekakuan otot, kebingungan, tanda vital tidak stabil, atau bahkan kematian. Sindrom serotonin sanggup terjadi dikala monoamine oxidase inhibitor bercampur dengan buspirone. Gejala sindrom serotonin yang parah meliputi hyperthermia, mata gelap, dan tachycardia yang boleh mendorong kearah shock. Sering pasien dengan tanda-tanda medis umum yang parah, ibarat tanda vital yang tidak stabil, akan ditransfer ke unit gawat darurat umum atau pelayanan medis untuk meningkatkan monitoring.
6. Gangguan kepribadian
Gangguan yang termanifestasi pada kelainan fungsi pada area kognisi, afek, fungsi interpersonal dan impuls kontrol sanggup digolongkan sebagai gangguan kepribadian. Pasien yang menderita gangguan kepribadian pada umumnya tidak akan mengeluh ihwal tanda-tanda gangguan mereka. Pasien yang menderita kegawatdaruratan dari gangguan kepribadian sanggup memperlihatkan sikap curiga, psikosis, atau delusi. Pasien rawat jalan yang dibandingkan dengan populasi yang umum, prevalensi dari individu yang menderita gangguan kepribadian yang dirawat di rumah sakit pada umumnya 7-25% lebih tinggi. Klinikus bekerjasama dengan pasien untuk menstabilkan individu terkait kebutuhan dasar mereka.
7. Kecemasan
Pasien yang menderita masalah kecemasan yang ekstrim boleh mencari perawatan dikala semua sistem pendukung telah dikerahkan dan mereka tidak bisa untuk menghilangkan kecemasan itu. Rasa cemas bisa hadir lewat jalan yang berbeda dari suatu dasar penyakit medis atau gangguan psikiatrik, suatu gangguan fungsional sekunder dari gangguan psikiatrik yang lain, dari suatu gangguan psikiatrik utama ibarat gangguan panik atau gangguan cemas umum, atau sebagai hasil stress dari kondisi ibarat gangguan pembiasaan atau gangguan stress pasca trauma. Pada umumnya langkah awal yang dilakukan klinikus yaitu menyediakan sebuah " pelabuhan aman" untuk pasien sehingga proses evaluasi dan perawatan sanggup cukup terfasilitasi. Inisiasi perawatan untuk suasana hati dan gangguan cemas sangat penting alasannya yaitu pasien yang menderita gangguan kecemasan mempunyai resiko tinggi janjkematian prematur.
8. Bencana
Bencana alami dan hasil perbuatan insan sanggup menimbulkan stress psikologis yang parah pada korban insiden tersebut. Manajemen kegawatdaruratan sering meliputi layanan kegawatdaruratan psikiatrik yang dirancang untuk membantu korban mengatasi situasi tersebut. Dampak peristiwa sanggup menimbulkan orang untuk merasa shock, merasa panik, atau kebingungan. Jam, hari, bulan dan bahkan tahun sesudah suatu bencana, individu sanggup mengalami mimpi buruk, kelesuan, penarikan diri, memori memburuk, kelelahan, hilangnya selera, kesulitan untuk tidur, depresi, lekas marah, atau serangan panik. Dalam kaitan dengan lingkungan yang penuh resiko dan kekacauan suatu bencana, para tenaga kesehatan menilai dan memperlakukan pasien secepat mungkin. Kecuali kalau suatu kondisi sedang mengancam hidup pasien atau orang lain di sekitar pasien, pertimbangan dasar evakuasi diri dan medis lainnya diatur dulu. Segera sesudah itu klinikus boleh mengijinkan individu untuk menukar udara biar melegakan perasaan pengasingan, sifat gampang kena luka dan ketakberdayaan. Bergantung atas skala dari bencana, banyak korban menderita penyakit gangguan stress pasca stress berat baik yang akut ataupun kronis. Pasien yang menderita gangguan ini sering tiba ke rumah sakit jiwa untuk menstabilkan diri.
9. Pelecehan
Peristiwa fisik, perkosaan atau pelecehan secual sanggup menimbulkan hasil yang berbahaya kepada korban dari tindakan kriminal. Korban sanggup menderita kecemasan yang ekstrim, ketakutan, ketidakberdayaan, kebingungan, gangguan makan atau tidur, permusuhan, rasa bersalah dan malu. Penanganan pada umumnya meliputi pertimbangan psikologis, medis, dan undang-undang yang sah. Bergantung pada ketentuan aturan di daerah, para tenaga kesehatan diharapkan untuk melaporkan acara kriminal kepada suatu kepolisian. Tenaga kesehatan pada umumnya mengumpulkan dan mengidentifikasi data sepanjang evaluasi awal dan menunjuk pasien yang kalau perlu akan mendapatkan perawatan medis.
Penatalaksanaan
Penanganan di pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik berprinsip untuk menstabilkan kondisi kehidupan. Ketika distabilkan, pasien yang menderita kondisi kronis sanggup dipindahkan ke tempat yang menyediakan rehabilisasi psikiatrik jangka panjang. Bentuk yang berbeda dari pengobatan psikiatrik, psikoterapi, atau terapi ECT sanggup dipakai dalam penanganan kegawatdaruratan. Pengenalan dan keefektifan dari pengobatan psikiatrik sebagai pilihan pengobatan di psikiatrik telah mengurangi pemanfaatan pengekangan fisik pada masalah kegawatdaruratan psikiatrik, dengan mengurangi tanda-tanda berbahaya sakit jiwa atau intoksikasi obat
Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com