Sunday, August 27, 2017

√ Asuhan Keperawatan (Askep) Pada Pasien Dengan Kerikil Ginjal

Untuk mend0wnl0ad Askep Batu ginjal silahkan klik DISINI.

Salam teman - teman sejawat semua, terima kasih sudah berkunjung ke blog kami, pada kesempatan kali ini admin akan mencoba membahas ihwal askep kerikil ginjal, asuhan keperawatan Batu ginjal atau askep Batu Ginjal yaitu rangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan oleh perawat kepada klien yang sedang menderita penyakit Batu ginjal, kerikil ginjal itu sendiri yaitu kerikil yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan kerikil slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69)

dokumentasi askep kerikil ginjal biasanya sering dibentuk oleh seorang mahasiswa keperawatan yang sedang praktek dirumah sakit biasanya masalah ini lebih banyak ditemukan diruangan penyakit dalam ataupun diruangan bedah, dan juga askep kerikil ginjal sering pula dibentuk oleh mahasiswa profesi ners yang sedang menjalankan keprofesian dirumah sakit. dan juga bagi perawat yang sudah bekerja juga sering menciptakan dokumentasi askep kerikil ginjal untuk keperluan menciptakan jurnal atau pun makalah yang bermanfaat sebagai syarat biar bisa menjadi seorang pegawai tetap dalam sebuah rumah sakit.

dalam sebuah askep kerikil ginjal biasanya untuk kelengkapannya dilengkapi dengan laporan pendahuluan yaitu tinjauan teori yang dibentuk untuk mengawali pembuatan askep kerikil ginjal, susunan askep kerikil ginjal terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. menciptakan sebuah askep kerikil ginjal yang baik bukanlah pekara yang gampang namun juga bukan pekara yang amat sulit, didalam penyusunan nya setidaknya kita harus memiliki landasan teori ihwal penyakit kerikil ginjal yang biasa disebut dengan laporan pendahuluan / LP kerikil ginjal. yang dijadikan patokan untuk menegakkan diagnosa - diagnosa medis dan diagnosa keperawatan menurut perjalanan penyakit kerikil ginjal tersebut.

bertujuan untuk membantu teman sejawat yang lagi membutuhkan asuhan keperawatan kerikil ginjal atau askep kerikil ginjal. disini kami mencoba menuliskan askep kerikil ginjal yang mungkin bisa dijadikan referensi bagi teman sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah perkuliahan maupun kiprah pekerjaan.

oke bagi teman - teman yang membutuhkan silahkan dibaca dan boleh copy askep kerikil ginjal yang kami sediakan dibawah ini.


Laporan Pendahuluan Askep Batu ginjal

Pengertian

Batu ginjal merupakan kerikil jalan masuk kemih (urolithiasis), sudah dikenal semenjak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya kerikil pada kandung kemih mummi. Batu jalan masuk kemih sanggup diketemukan sepanjang jalan masuk kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke jalan masuk kemih belahan bawah atau memang terbentuk di jalan masuk kemih belahan bawah alasannya yaitu adanya stasis urine ibarat pada kerikil buli-buli alasannya yaitu hiperplasia prostat atau kerikil uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Batu ginjal yaitu kerikil yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan kerikil slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69)


Etiologi

Penyakit kerikil jalan masuk kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan kerikil buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai kerikil jalan masuk kemih belahan atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas acara sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia yaitu 1-12 % penduduk menderita kerikil jalan masuk kemih. Penyebab terbentuknya kerikil jalan masuk kemih diduga berafiliasi dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi jalan masuk kemih, kehilangan cairan tubuh dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik)

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya kerikil jalan masuk kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:
  1. Herediter; diduga sanggup diturunkan dari generasi ke generasi. 
  2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun 
  3. Jenis kelamin; jumlah pasien laki-laki 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita. 
Faktor ekstrinsik, meliputi:
  1. Geografi; pada beberapa tempat memperlihatkan angka bencana yang lebih tinggi daripada tempat lain sehingga dikenal sebagai tempat stone belt (sabuk batu) 
  2. Iklim dan temperatur 
  3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium sanggup meningkatkan bencana kerikil jalan masuk kemih. 
  4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya kerikil jalan masuk kemih. 
  5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang acara fisik (sedentary life).

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih

Beberapa teori terbentuknya kerikil jalan masuk kemih adalah:
  • Teori nukleasi: 
Batu terbentuk di dalam urine alasannya yaitu adanya inti kerikil atau sabuk kerikil (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga balasannya membentuk batu. Inti bantu sanggup berupa kristal atau benda ajaib jalan masuk kemih.

  • Teori matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.

  • Penghambat kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya kerikil dalam jalan masuk kemih.


Komposisi Batu

Batu jalan masuk kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan ihwal komposisi kerikil yang ditemukan penting dalam perjuangan pencegahan kemungkinan timbulnya kerikil residif.

Batu Kalsium

Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh kerikil jalan masuk kemih.

Faktor tejadinya kerikil kalsium adalah:

  1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, sanggup terjadi alasannya yaitu peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) ibarat pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid. 
  2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat ibarat the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam. 
  3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine sanggup bertindak sebagai inti kerikil yang mempermudah terbentuknya kerikil kalsium oksalat. Asam urat dalam urine sanggup bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen. 
  4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia sanggup terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama. 
  5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya kerikil kalsium alasannya yaitu dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.

Batu Struvit

Batu struvit disebut juga kerikil sebagai kerikil infeksi alasannya yaitu terbentuknya kerikil ini dipicu oleh adanya infeksi jalan masuk kemih. Kuman penyebab infeksi ini yaitu golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang sanggup menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk kerikil magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.


Batu Urat

Batu asam urat mencakup 5-10% dari seluruh kerikil jalan masuk kemih, banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein memiliki peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya kerikil asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau kehilangan cairan tubuh dan hiperurikosuria.


Patofisiologi

jalan masuk kemih sanggup menjadikan penyulit berupa obstruksi dan infeksi jalan masuk kemih. Manifestasi obstruksi pada jalan masuk kemih belahan bawah yaitu retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada kerikil jalan masuk kemih belahan atas sanggup menimbulkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam jalan masuk kemih sanggup menjadikan infeksi, bisul ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

Pathway
 Untuk mend0wnl0ad Askep Batu ginjal silahkan klik  √ Asuhan Keperawatan (askep) pada pasien dengan kerikil ginjal
Pathway kerikil ginjal


Gambaran Klinik dan Diagnosis

Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar kerikil dan penyulit yang telah terjadi. Pada investigasi fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di tempat kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit jawaban hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jikalau disertai infeksi didaptkan demam/menggigil.

Pemeriksaan sedimen urine menandakan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin memperlihatkan adanya adanya pertumbuhan basil pemecah urea.

Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani investigasi foto PIV. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya kerikil salran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).

Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya kerikil radio-opak dan paling sering dijumpai di atara jenis kerikil lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen). Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV sanggup mendeteksi adanya kerikil semi opak atau kerikil non opak yang tidak tampak pada foto polos abdomen.

Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien mustahil menjalani investigasi PIV ibarat pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini sanggup menilai adanya kerikil di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.


Penatalaksanaan

Batu yang sudah menjadikan duduk masalah pada jalan masuk kemih harus segera dikeluarkan biar tidak menjadikan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melaksanakan tindakan pada kerikil jalan masuk kemih yaitu telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu sanggup dikeluarkan melalui mekanisme medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.


Pencegahan

Setelah kerikil dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan kerikil jalan masuk kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.

Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun kerikil yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:

  1. Menghindari kehilangan cairan tubuh dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari 
  2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu 
  3. Aktivitas harian yang cukup 
  4. Medikamentosa 
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:

  1. Rendah protein, alasannya yaitu protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menimbulkan suasana urine menjadi lebih asam. 
  2. Rendah oksalat 
  3. Rendah garam alasannya yaitu natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria 
  4. Rendah purin 
  5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

Asuhan Keperawatan Batu Ginjal

FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Riwayat Keperawatan dan PengkajianFisik:

Berdasarkan pembagian terstruktur mengenai Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:

  • Aktivitas/istirahat: 
Gejala:

  1. Riwayat pekerjaan monoton, acara fisik rendah, lebih banyak duduk 
  2. Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi 
  3. Keterbatasan mobilitas fisik jawaban penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama) 
  • Sirkulasi 
Tanda:

  1. Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal) 
  2. Kulit hangat dan kemerahan atau pucat 
  • Eliminasi 
Gejala:

  1. Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya 
  2. Penrunan volume urine 
  3. Rasa terbakar, dorongan berkemih 
  • Diare 
Tanda:

  1. Oliguria, hematuria, piouria 
  2. Perubahan rujukan berkemih 
  • Makanan dan cairan: 
Gejala:

  1. Mual/muntah, nyeri tekan abdomen 
  2. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat 
  3. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup 
Tanda:

  1. Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus 
  2. Muntah 
  • Nyeri dan kenyamanan: 
Gejala:

  1. Nyeri ahli pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi kerikil (batu ginjal menjadikan nyeri dangkal konstan) 
Tanda:

  1. Perilaku berhati-hati, sikap distraksi 
  2. Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit 
Keamanan:

Gejala:

  1. Penggunaan alkohol 
  2. Demam/menggigil 
Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala:

  1. Riwayat kerikil jalan masuk kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis 
  2. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme 
  3. Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler. 
  2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan. 
  3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi. 
  4. Kurang pengetahuan ihwal kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya isu yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa. 1
Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

  1. Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non ekspresi seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar. Rasional : Membantu penilaian tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan ahli sanggup menjadikan gelisah, takut/cemas. 
  2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi. Rasional : Melaporkan nyeri secara dini memperlihatkan kesempatan tunjangan analgesi pada waktu yang sempurna dan membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas.
  3. Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)  Rasional : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot
  4. Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan acara terapeutik. Rasional : Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot.
  5. Batu/dorong peningkatan acara (ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas toleransi jantung. Rasional :Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan kerikil selanjutnya.
  6. Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri abdomen. Rasional : Obstruksi lengkap ureter sanggup menimbulkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah akut.
  7. Kolaborasi tunjangan obat sesuai acara terapi: - Analgetik - Antispasmodik - Kortikosteroid Rasional : Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi otot/mental. Menurunkan refleks spasme, sanggup menurunkan kolik dan nyeri. Mungkin dipakai untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu
  8. Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan. Rasional : Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.

Diagnosa. 2 :

Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

  1. Awasi asupan dan haluaran Rasional : Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal.
  2. Catat bencana dan karakteristik muntah, diare. Rasional : Mual/muntah dan diare secara umum berafiliasi dengan kolik ginjal alasannya yaitu saraf ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal dengan lambung.
  3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari. Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya membilas kerikil keluar.
  4. Awasi tanda vital. Rasional : indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi
  5. Timbang berat tubuh setiap hari. Rasional : Peningkatan BB yang cepat mungkin berafiliasi dengan retensi.
  6. Kolaborasi investigasi HB/Ht dan elektrolit. Rasional : Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.
  7. Berikan cairan infus sesuai acara terapi. Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan per oral tidak cukup)
  8. Kolaborasi tunjangan diet sesuai keadaan klien. Rasional : Makanan gampang cerna menurunkan acara jalan masuk cerna, mengurangi iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi.
  9. Berikan obat sesuai acara terapi (antiemetik contohnya Proklorperasin/ Campazin). Rasional : Antiemetik mungkin diharapkan untuk menurunkan mual/muntah.

Diagnosa. 3

Kurang pengetahuan ihwal kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya isu yang ada. 

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

  1. Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari. Rasional : Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan batu.
  2. Kaji ulang acara diet sesuai indikasi. - Diet rendah purin - Diet rendah kalsium - Diet rendah oksalat - Diet rendah kalsium/fosfat Rasional : Jenis diet yang diberikan diubahsuaikan dengan tipe kerikil yang ditemukan.
  3. Diskusikan acara obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas. Rasional : Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine tergantung penyebab dasar pembentukan batu.
  4. Jelaskan ihwal tanda/gejala yang memerlukan penilaian medik (nyeri berulang, hematuria, oliguria) Rasional : Pengenalan dini tanda/gejala berulangnya pembentukan kerikil diharapkan untuk memperoleh intervensi yang cepat sebelum timbul komplikasi serius.
  5. Tunjukkan perawatan yang sempurna terhadap luka insisi dan kateter bila ada. Rasional : Meningkatakan kemampuan rawat diri dan kemandirian.


DAFTAR PUSTAKA 
  1. Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta 
  2. Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta  
  3. Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta 
  4. Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jta

sekian ihwal Askep kerikil ginjal, terima kasih telah berkunjung, semoga sanggup membantu.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com