Tuesday, August 15, 2017

√ Askep Congenital Heart Desease


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (PJB)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA BANDUNG


KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat IIIahi Robbi atas segala nikmat dan karunia-Nya, kami sanggup menuntaskan kiprah penyusunan makalah ANAK, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen kiprah pada mata kuliah ANAK di Program Studi S1 Keperawatan Dharma Husada Bandung.
Makalah ini mencoba memaparkan ihwal penatalaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusuanan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di masa yang akan datang
Demikian alhasil kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih


        Penulis

Tonton dan SUBSCRIBE & SHARE Channel YouTube "" dibawah ini


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama janjkematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir menawarkan impian hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah sanggup dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin hingga ketika ini masih belum memuaskan, walaupun sudah sanggup diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008)
Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama janjkematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir menawarkan impian hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah sanggup dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin hingga ketika ini masih belum memuaskan, walaupun sudah sanggup diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008).
Penyakit jantung kongenital bisa terjadi kepada belum dewasa di dunia tanpa melihat kedudukan sosial ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16% . Penyakit Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan keanehan kelahiran. Sebagian besar dari janjkematian bayi akhir keanehan kelahiran yaitu disebabkan oleh keabnormalan jantung. Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, keanehan jantung merupakan 31.4% dari semua janjkematian akhir keanehan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun menerima keanehan jantung (Dikutip dari IdeBagus : 2008)
Congenital heart diseases (CHD) yang berat dan tidak diatasi segera akan menjadikan kegawatan dan janjkematian pada awal kehidupan bayi. Selain faktor tenaga dan akomodasi medis yang terbatas, problem finansial banyak menjadi penyebab bayi-bayi CHD tak sanggup hidup. Kebanyakan orangtua bayi CHD yaitu pasangan muda yang ekonominya masih rendah. Insidensi penyakit jantung bawaan di dunia diperkirakan 8/1000 kelahiran hidup. Data mengenai penyakit jantung bawaan sangat bervariasi bergantung pada hasil penelitian terhadap anak atau orang dewasa, serta menurut autopsy dan investigasi kateterisasi. Di Indonesia sekitar 40.000 bayi dengan penyakit jantung bawaan. Saat ini, hanya sekitar 2% penderita yang bisa diselamatkan. Dengan asumsi penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap tahun terdapat sekitar 40.000 bayi lahir dengan CHD/ PJB (IdeBagus : 2008).
Sebagai kalangan mahasiswa kesehatan selayaknya mengetahui ancaman congenital heart diseases (CHD) bagi kehidupan belum dewasa yang bisa mempengaruhi kesehatan mereka dan bisa berujung pada kematian. Sebagai mahasiswa kesehatan sepatutnya bisa mengidentifikasi faktor penyebab serta tanda dan tanda-tanda dari Congenital heart diseases (CHD), serta sanggup bertindak dalam menawarkan pelayanan terbaik pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) khususnya dalam dukungan asuhan keperawatan di rumah sakit

B.        Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas sanggup dirumuskan persoalan yaitu “Bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) ?”

C.       Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk menawarkan pengetahuan dapat  memberikan  informasi  dan pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD).

D.       Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui media literatur perpustakaan dan elektronik.

E.        Sistematika
Secara umum makalah ini terbagi menjadi tiga pecahan diantaranya; BAB I ihwal Pendahuluan, BAB II yang berisi Pembahasan dan BAB III ihwal kesimpulan dan saran.




BAB II
PEMBAHASAN
A.       Definisi
Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan yaitu sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada semenjak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini memperlihatkan bahwa pasien tersebut bisa melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI : 1996)
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan yaitu kelainan jantung yang sudah ada semenjak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi tanda-tanda segera setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut gres ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiyah:1997).

B.        Etiologi
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima hingga delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum sanggup diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai imbas pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1.   Faktor Prenatal :
a.    Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.
b.   Ibu alkoholisme.
c.    Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d.   Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e.    Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut jadwal KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).
f.     Terpajan radiasi (sinar X).
g.    Gizi ibu yang buruk.
h.   Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.
2.   Faktor Genetik
a.       Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b.      Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c.       Kelainan kromosom menyerupai Sindrom Down.
d.      Lahir dengan kelainan bawaan yang lain

C.       Klasifikasi
Terdapat aneka macam cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang sangat sederhana yaitu penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskuiarisasi paru.
§  Congenital Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, contohnya defek septum ventrikel (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten (DAP).
§  Congenital Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini termasuk stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal (SP) dan koartasio aorta.
§  Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang paling banyak yaitu tetralogi fallot (TF)
§  Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, contohnya transposisi arteri besar (TAB).
§  CHD/ PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka mengakibatkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan lantaran tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
1.      Defek Septum Ventrikel (VSD)
DSV terjadi kalau sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada ketika sistole.
Manifestasi klinik : Pada investigasi selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol yaitu nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostalis dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
Penatalaksanaan : Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, contohnya lasix. Bila obat sanggup memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi sanggup ditunda hingga usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong lantaran tanpa tindakan tersebut impian hidup berkurang
2.      Duktus Arteriosus Persisten (PDA)
DAP yaitu terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi kalau duktus tidak menutup kalau bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa lantaran infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.
Manifestasi klinik : Neonatus mengambarkan tanda-tanda respiratory distress menyerupai mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akhir pembiasaan jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda machinery type . Murmur jantung akhir pedoman darah turbulensi dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi lantaran pembesaran ventrikel kiri.
Penatalaksanaan : Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang mengakibatkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup berpengaruh untuk dilakukan operasi.
3.      Tetralogi fallot
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari  4 kelainan yaitu:
a)      stenosis pulmonal
b)      hipertropi ventrikel kanan
c)      kelainan septum ventrikuler
d)     kelainan aorta yang mendapatkan darah dari ventrikel dan pedoman darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.
Manifestasi klinik : Bayi gres lahir dengan TF menampakkan tanda-tanda yang faktual yaitu adanya sianosis, letargi dan lemah. Selain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat tubuh kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi gampang mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa menurut pada gejala-gejala klinis, mur-mur jantung, EKG foto rongent dan kateterisasi jantung.
Penatalaksanaan : Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif yaitu dengan cara :
a)      Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subklavikula kanan atau arterikarotis menuju arteri pulmonalis kanan.
b)      Waterson dikerjakan padasisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatkan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

D.       Patofisiologi
Kelainan jantung congenital mengakibatkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan pedoman darah pulmonal dan tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari tempat yang bertekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan rendah, mengakibatkan darah yang teroksigenisasi mengalir kedalam sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat kalau ada keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir. Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, pedoman darah pulmonal sanggup melampaui sirkulasi sistemik dan pedoman darah bergerak dari kanan ke kiri. Perubahan pada pedoman darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu adanya gagal jantung, Perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.

4.         Pathway/ Pathoflow (terlampir)
5.         Manifestasi Klinis
1.      Infants
§  Dyspnea
§  Difficulty breathing (Kesulitan Bernafas)
§  Pulse rate over 200 beats/mnt (Nadi lebih dari 200 kali/menit)
§  Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang)
§  Failure to gain weight (kesulitan penambahan berat badan)
§  Heart murmur
§  Cyanosis
§  Cerebrovasculer accident/ CVA
§  Stridor and choking spells/ mencekik
2.      Children
§  Dyspnea
§  Poor physical development ( perkembangan fisik yang kurang)
§  Decrease exercise tolerance (aktitas menurun)
§  Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang)
§  Heart murmur and thrill
§  Cyanosis
§  Squatting
§  Clubbing of fingers and toes
§  Elevated blood pressure (tekanan darah tinggi)

6.         Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami aneka macam komplikasi antara lain:
1.            Gagal jantung kongestif / CHF.
2.            Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.
3.            Aritmia.
4.            Endokarditis bakterialistis.
5.            Hipertensi.
6.            Hipertensi pulmonal.
7.            Tromboemboli dan jerawat otak.
8.            Obstruksi pembuluh darah pulmonal.
9.            Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).
10.        Enterokolitis nekrosis.
11.        Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner).
12.        Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.
13.        Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).
14.        Gagal tumbuh.

7.         Pemeriksaan Penunjang
1.   Foto thorak : Melihat atau penilaian adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), citra vaskuler paru meningkat.
2.   Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akhir dari pirau kiri ke kanan).
3.   Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akhir saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA memperlihatkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
4.   Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : dipakai untuk mengevaluasi pedoman darah dan arahnya.
5.   Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang mengambarkan striktura.
6.   Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang mencurigai atau kalau ada kecurigaan defek embel-embel lainnya.
7.   Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.

8.         Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Riwayat Keperawatan
1)   Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain yaitu rubella, influenza atau chicken pox.
2)   Riwayat prenatal menyerupai ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin.
3)   Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
4)   Proses kelahiran atau secara alami atau adanya faktor-faktor memperlama proses persalinan, penggunaan alat menyerupai vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
5)   Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetik yang menunjang.
6)   Riwayat pertumbuhan, biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan lantaran fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akhir dari kondisi penyakit.
7)   Riwayat psikososial/ perkembangan :
-          Kemungkinan mengalami persoalan perkembangan.
-          Mekanisme koping anak/ keluarga.
-          Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.
b.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung padaumumnya. Secara spesifik data yang sanggup ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
§  Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, acara terbatas).
§  Observasi adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, suara jantung embel-embel (machinery mur-mur), cedera tungkai, hepatomegali.
§  Observasi adanya hipoksia kronis : clubbing finger.
§  Observasi adanya hiperemia pada ujung jari.
§  Observasi pola makan, pola pertambahan berat badan.
§  Bayi gres lahir berukuran kecil dan berat tubuh kurang.
§  Observasi apakah anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
§  Observasi diameter dada bertambah, sering terlihat benjolan dada kiri.
§  Tanda yang menojol yaitu nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium.
§  Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
§  Observasi anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan, sedangkan neonatus mengambarkan tanda-tanda respiratory distress menyerupai mendengkur, tacipnea dan retraksi.
§  Observasi apakah anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.
§  Observasi apakah ada kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temporal.
§  Pengkajian psikososial mencakup : usia anak, kiprah perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan pembiasaan keluarga terhadap stress.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.    Penurunan cardiac output berafiliasi dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan tekanan jantung.
b.   Tidak efektif pola nafas berafiliasi dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti pulmonal.
c.    Gangguan rasa nyaman nyeri berafiliasi dengan iskemia miokard.
d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan kelelahan pada ketika makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
e.    Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berafiliasi dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
f.     Intoleransi acara berafiliasi dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
g.    Peningkatan volume cairan tubuh berafiliasi dengan kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
h.   Kurang pengetahuan ibu ihwal keadaan anaknya berafiliasi dengan kurangnya inforrnasi.
i.     Koping keluarga tidak efektif berafiliasi dengan kurang pengetahuan keluarga ihwal diagnosis/prognosis penyakit anak.
3.      Rencana Keperawatan
a.    Penurunan cardiac output berafiliasi dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan tekanan jantung.
Tujuan : Pasien sanggup mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akhir penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah jantung sehingga keadaan normal.
Kriteria Hasil : Anak akan memperlihatkan tanda-tanda membaiknya curah jantung/ cardiac output.
Intervensi
§  Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien.
Rasional : Menciptakan suasana yang aman dan bersahabat.
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien ihwal cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital menyerupai pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi meningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya sanggup cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.
§  Informasikan dan anjurkan ihwal pentingnya istirahat yang adekuat.
Rasional: istirahat yang adekuat sanggup meminimalkan kerja dari jantung dan sanggup mempertahankan energi yang ada.
§  Berikan oksigen embel-embel dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord dan untuk melawan imbas hipoksia/iskemia.
§  Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional : pucat mengambarkan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
§  Monitor tanda-tanda CHF menyerupai gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, gampang lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali.
Rasional : untuk mengetahui sejauhmana tingkat kegawatan dari anak serta diharapkan dalam mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
§  Observasi perubahan pada sensori, pola letargi, resah disorientasi cemas.
Rasional: sanggup mengambarkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
§  Kolaborasi dengan team medis dalam dukungan tindakan farmakologis berupa digitalis dan digoxin.
Rasional : mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlambat periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
b.   Tidak efektif pola nafas berafiliasi dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti pulmonal.
Tujuan : Tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Kriteria hasil : Anak akan memperlihatkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru dan efektif pola nafasnya
Intervensi
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien ihwal cardiac output.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman serta catat upaya pernafasan.
Rasional : pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal sanggup mencegah komplikasi.
§  Observasi penyimpangan dada, penurunan perluasan paru atau ketidaksimetrisan gerakan dada.
Rasional : udara atau cairan pada area pleura mencegah perluasan lengkap (biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
§  Observasi ulang laporan foto thorax dan investigasi laboratorium GDA, Hb sesuai indikasi.
Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan catat terjadinya komplikasi.
§  Minimalkan menangis atau aktifitas yang meningkat pada anak.
Rasional : menangis akan mengakibatkan pernafasan anak akan meningkatkan.
c.    Gangguan rasa nyaman nyeri berafiliasi dengan iskemia miokard.
Tujuan : Menyatakan nyeri hilang dan anak keliatan nyaman.
Kriteria hasil : Anak akan merasa nyaman dan tidak mengalami/ merasa nyeri dada
Intervensi
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien ihwal nyeri dan penanganannya.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering menangis.
Rasional: Perbedaan tanda-tanda perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.
§  Observasi sikap dan tanda-tanda vital anak tiap 4 jam.
Rasional : Perilaku dan tanda vital membantu memilih derajat atau adanya ketidaknyamanan pasien.
§  Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan.
Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan penggunaan nitrat.
§  Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi acara anak sesuai kebutuhan.
Rasional: acara berlebih sanggup meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) sanggup mencetuskan nyeri dada.
§  Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu.
Rasional : dengan adanya distraksi nyeri anak sanggup dialihkan/pengalihan dan sanggup menurunkan respon nyeri.
§  Anjurkan ibu untuk selalu menawarkan ketenangan pada anak.
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang sanggup memperberat nyeri yang dirasakan.
§  Kolaborasi dengan team medis dalam dukungan analgesic.
Rasional : analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya, sehingga nyeri tidak dirasakan lagi.
d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan kelelahan pada ketika makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan: Anak sanggup makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat tubuh selama terjadi perubahan status nutrisi.
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan intake kuliner dan minuman untuk mempertahankan berat tubuh dalam menopang pertumbuhan
Intervensi:
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien ihwal manfaat dari nutrisi sendiri.
Rasional: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Anjurkan ibu untuk terus menawarkan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering
Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
§  Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan kuliner dengan porsi sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP).
Rasional : meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan.
§  Jika anak memperlihatkan kelemahan akhir ketidakadekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang infuse.
Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak sanggup dipenuhi melalui oral.
§  Observasi selama dukungan makan atau menyusui.
Rasional: selama makan atau menyusui mungkin sanggup terjadi anak sesak atau tersedak.
§  Timbang berat tubuh setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama.
Rasional : mengawasi penurunan berat tubuh atau efektivitas intervensi nutrisi.
§  Observasi dan catat masukan kuliner anak/ intake dan output secara benar.
Rasional : mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
§  Berikan dan bantu hygiene lisan yang baik sebelum dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci lisan yang di encerkan kalau mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
e.    Peningkatan volume cairan tubuh berafiliasi dengan kongestif vena, penurunan fungsi ginjal.
Tujuan : Menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat tubuh stabil,tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Kriteria hasil : Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Intervensi:
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien ihwal cairan.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Pantau pemasukan dan pengeluaran/ intake dan output, catat keseimbangan cairan, timbangberat tubuh anak setiap hari.
Rasional : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretic, keseimbangan cairan berlanjut dan berat tubuh meningkat memperlihatkan makin buruknya gagal jantung.
§  Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,ronchi, penambahan berat badan.
Rasional: mengambarkan kelebihan cairan tubuh.
§  Berikan batasan diet natrium sesuai dengan indikasi.
Rasional : menurunkan retensi natrium.
§  Kolaborasi dengan team medis dalam dukungan diuretic ( furosemid ) sesuai indikasi.
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang meningkatkan eksresi cairan dan menurunkan kelebihan cairan total tubuh.
f.     Intoleransi acara berafiliasi dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.
Tujuan : Anak sanggup melaksanakan acara yang sesuai tanpa adanya kelemahan.
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat acara yang adekuat
Intervensi:
§  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien ihwal aktifitas.
Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
§  Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan tanda-tanda vital, menyerupai adanya sesak.
Rasional: mengambarkan gangguan pada jantung yang kemudian akan memakai energi lebih sebagai kompensasi sehingga alhasil anak menjadi kelelahan.
§  Bantu pasien dalam acara yang tidak sanggup dilakukannya.
Rasional: teknik penghematan energi.
§  Support dalam dukungan nutrisi anak.
Rasional : nutrisi sanggup membantu meningkatkan metabolisme juga akan meningkatkan produksi energi.
§  Batasi aktifitas anak yang berlebihan.
Rasional : meminimalkan kerja dari jantung dan sanggup mempertahankan energi yang ada.
g.    Kurang pengetahuan ibu/ keluarga ihwal keadaan anaknya berafiliasi dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Ibu/ keluarga tidak mengalami kecemasan dan mengetahui proses penyakit dan penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan.
Kriteria hasil : Orang bau tanah akan mengekspresikan perasaannya akhir mempunyai anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan planning pengobatan, dan mempunyai keyakinan bahwa orang bau tanah mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
Intervensi:
§  Berikan pendidikan kesehatan (health education) kepada ibu dan keluarga mengenai penyakit serta tanda-tanda dan penataksanaan yang akan dilakukan.
Rasional: informasi akan meningkatkan pengetahuan ibu/ keluarga sehingga cemas yang dialami ibu/ keluarga melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.

9.         Lampiran
a.       Pathoflow VSD/PDA
b.      Pathoflow TOF
c.       Abstrak Jurnal




BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien anak yang mengalami congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD) merupakan bentuk asuhan keperawatan kompleks yang melibatkan aspek biologis, psikologis dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Asuhan keperawatan yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan professional semoga sanggup memcapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai tingkat optimalisasi dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akhir penyakit congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD)

B.           Saran
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang tepat maka harus disertai saran-saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :
1.   Kita hendaknya lebih memahami ihwal congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam dukungan asuhan keperawatan.
2.   Kita hendaknya bisa dan mau mempelajari makalah “Asuhan Keperawatan Anak Dengan CHD”, demi untuk menambah pengetahuan dibidang ilmu keperawatan khususnya, dan dibidang pelayanan dan dukungan asuhan keperawatan pada umumnya.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan sanggup bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya




DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 10. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Pasien. ed.03. Jakarta : EGC. Gusty. Reni Prima, dkk. (2010).
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetralogi Fallot
www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-dqrn164.doc. (akses tanggal 6 April 2010)
IdeBagus. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan. http://one.indoskripsi.com/node/4348. (akses tanggal 6 April 2010).
Madiyono, Bambang, dkk. (2005). Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak.. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mansjoer Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, -Ed.03-. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Tim Keperawatan Anak. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Congenital Heart Diseases (CHD).
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache%3AAZYB6GQjcSgJ%3Ainherent.brawijaya.ac.id%2Fvlm%2Ffile.php%2F35%2Fchd.pdf+askep+penyakit+jantung+bawaan+pada+anak&hl=id&gl=id. (akses tanggal 6 April 2010)
Tyo. (2010). Askep Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan. aciknadzirah.blogspot.com/search?q=. (akses tanggal 6 April 2010).
http://www.docguide.com/patients-poor-knowledge-heart-conditions-may-have-harmful-consequences (akses tanggal 17 april 2012)

Sumber http://macrofag.blogspot.com