Monday, July 3, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Stress Berat Kandung Kemih / Bladder Lengkap, Download Pdf Dan Doc

Kami bagikan laporan pendahuluan stress berat kandung kemih/bladder pdf dan doc.

Sahabat perawat dimanapun berada, biar dalam keadaan sehat selalu, laporan pendahuluan merupakan kiprah rutin bagi seorang perawat yang sedang menjalani proses akademik, khususnya bagi teman-teman yang sedang menjalani proses keprofesian LP merupakan kiprah yang harus diibuat setiap stase bahkan ada juga yang setiap hari harus mengumpulkan LP.

Bertujuan teman-teman perawat dalam pembuatan LP disini kami coba bagikan laporan pendahuluan lengkap yang kami sediakan dalam bentuk file pdf dan doc. Untuk postingan kali ini kami coba share laporan pendahuluan stress berat kandung kemih / bladder lengkap dan tentu saja dalam format pdf dan doc.

Laporan pendahuluan stress berat bladder ini telah kami susun selengkap mungkin dan sesuai dengan format lp yang telah ditentukan

Laporan pendahuluan stress berat bladder ini kami sajikan dalam dalam format pdf dan doc yang file nya sanggup teman-teman d0wnl0ad melalui link unduhan yang telah kami sediakan diakhir artikel ini.

Laporan pendahuluan stress berat kandung kemih / Bladder


Pengertian
      
Trauma bladder ialah rusaknya kandung kencing (organ yang menampung urin dari ginjal) atau uretra (saluran yang menghubungkan kandung kencing dengan dunia luar. (H Winter Griffith M D).
      
Trauma bladder merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera. Bila tidak ditanggulangi dengan segera sanggup menimbulkan komplikasi menyerupai peritonitis dan sepsis. (L Samsudin Wim de Jong, hal:1039).
      
Trauma kandung kemih ialah cidera yang terjadi pada kandung kemih yang diakibatkan oleh kecelakaan atau stress berat iatrogenik (Salam, 2013).
                
Trauma kandung kemih ialah stress berat yang terjadi pada kandung kemih (vesica urinaria) yang diakibatkan patahnya tulang panggul dan beberapa hantaman keras ke arah abdomen potongan bawah ketika kandung kemih terisi penuh (Smeltzer & Bare, 2001).
                
Cedera kandung kemih ialah cedera pada kandung kemih yang terjadi akhir stress berat tumpul dan penetrasi dan bervariasi berdasarkan isi kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi terluka dari pada ketika kosong (Mutaqqin & Sari, 2011).
           
Dari beberapa definisi diatas sanggup disimpulkan bahwa stress berat kandung kemih ialah stress berat yang menciderai kandung kemih yang terjadi diakibatkan oleh stress berat tumpul dan stress berat tajam baik itu oleh kecelakaan ataupun stress berat iatrogenik (kesalahan medis).
      

Etiologi

Penyebab utama cedera kandung kemih / bladder ialah stress berat penetrasi (tajam) dan stress berat tumpul. Penyebab iatrogenik termasuk pasca intervensi bedah dari ginekologi, urologi, dan operasi ortopedi didekat kandung kemih. Penyebab lain melibatkan stress berat obstetri pada ketika melahirkan (Mutaqqin & Sari, 2011).

Trauma kandung kemih / bladder terutama terjadi akhir stress berat tumpul pada panggul, tetapi bisa  juga  lantaran stress berat tembus menyerupai luka tembak dan luka tusuk oleh senjata tajam. Pecahan – pecahan tulang yang berasal dari fraktura sanggup menusuk kandung kemi. Tetapi ruptura kandung  kemih yang khas ialah akhir stress berat tumpul panggul atas kandung kemih yang terisi penuh. Tenaga mendadak atas masa urin yang terbendung di dalam kandung kemih mengakibatkan rupture. Perforasi iatrogen pada kanndung kemih tterdapat pada resecitransurtral, sistoskopi atau lantaran manipulasi dengan peralatan pada kandung kemih ( Scholtmeijer & Schroder, 1996 ).

Kurang lebih 90% stress berat tumpul buli-buli ialah akhir fraktur pelvis. Fiksasi buli-buli pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis sangat berpengaruh sehingga cedera deselerasi terutama kalau titik fiksasi fasia bergerak pada arah berlawanan (seperti pada fraktur pelvis), sanggup merobek buli-buli. Robeknya buli-buli lantaran fraktur pelvis bisa pula terjadi akhir fragmen tulang pelvis merobek dindingnya (Purnomo, 2007).


Klasifikasi

Menurut Purnomo, 2007 Secara klinis cedera buli-buli dibedakan menjadi kontusio buli-buli, cedera buli-buli ekstra peritoneal, dan cedera intra peritoneal. Pada kontusio buli-buli hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin didapatkan hematoma perivesikal, tetapi tidak didapatkan ekstravasasi urine ke luar buli-buli.

Cedera intraperitoneal merupakan 25-45% dari seluruh stress berat buli-buli, sedangkan kejadian cedera buli-buli ekstraperitoneal kurang lebih 45-60% dari seluruh stress berat buli-buli. Kadang-kadang cedera buli-buli intraperitoneal bersama cedera ekstraperitoneal (2-12%). Jika tidak mendapat perawatan dengan segera 10-20% cedera buli-buli akan berakibat janjkematian lantaran peritonitis atau sepsis.

1.    Ruptur intraperitoneal          

Peritoneum pariental, simfisis, promantorium, cedera dinding perut yang menjadikan rupture intraperitoneal kandung kemih yang penuh, tidak terdapat perdarahan retroperitoneal kandung kemih yang penuh, tidak terdapat perdarahan retroperitoneal kecuali bila disebabkan patah tulang pinggul.

2.    Ruptur retroperitoneal

Peritoneum parietal, simfisis, promantorium, cedera panggul yang mengakibatkan patah tulang sehingga terjadi rupture buli-buli retro atau intraperitoneal. Darah dan urin dijaringan lunak diluar rongga perut, perut terbebas darah dan urin (Sjamsuhidayat, 1998).


Patofisiologi
      
Secara anatomik kandung kemih atau bladder terletak di dalam rongga pelvis dilindungi oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cidera. Ruda paksa kandung kemih lantaran kecelakaan lau lintas atau kecelakaan kerja sanggup mengakibatkan fragmen patah tulang pevis sehingga mencederai buli-buli. Jika fraktur tulang panggul sanggup menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih, tetapi hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin. Rudapaksa tumptul juga sanggup mengakibatkan ruptur buli-buli terutama bia kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patologik menyerupai tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga rudapaksa kecil mengakibatkan ruptur.
      
Pathways


Untuk mend0wnl0ad fathway stress berat bladder format doc, DISINI


Manifestasi Klinis
  • Umumnya fraktur tulang pelvis disertai perdarahan andal sehingga jarang penderita tiba dalam keadaan anemik bahkan hingga syok.
  • Pada abdomen potongan bawah tampak jejas atau hematom dan terdapat nyeri tekan pada kawasan supra pubik di tempat hematom.
  • Pada ruptur buli-buli intraperitonial urin masuk ke rongga peritonial sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan peritonial.
  • Lesi ekstra peritonial memperlihatkan tanda-tanda dan tanda infiltrat urin di rongga peritonial yang sering mengakibatkan septisemia.
  • Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil, kadang keluar darah dari uretra.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang mempunyai kegunaan untuk konfirmasi diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Berikut ialah investigasi penunjang yang sanggup dilakukan pada stress berat kandung kemih :

1.    Uroflowmetri

Uroflowmetri ialah alat untuk mengetahui pancaran urin secara obyektif. Derasnya pancaran diukur dengan membagi volume urin ketika berkemih, dibagi dengan usang proses berkemih. Kecepatan pancaran normal ialah 20 ml/detik. Jika kecepatan pancaran <10 ml/detik menunjukan adanya obstruksi.

2.    Uretrigram Retrograde

Dilakukan uretrigram retrograde untuk mengevaluasi cedera uretral. Klien dilakukan kateterisasi setelah uretrogram untuk meminimalkan risiko gangguan uretral dan komplikasi jangka panjang yang luas, menyerupai striktur, inkontinensia (tidak sanggup menahan berkemih) dan impoten.

3.    USG (Ultrasonografi)

USG cukup mempunyai kegunaan dalam mengevaluasi striktur pada pars bulbosa. Dengan alat ini kita juga bisa mengevaluasi panjang striktur dan derajat luas jaringan parut, misalnya spongiofibrosis. Ini membantu kita menentukan jenis tindakan operasi yang akan dilakukan kepada pasien. Kita sanggup mengetahui jumlah residual urin dan panjang striktur secara nyata, sehingga meningkatkan keakuratan ketika operasi

4.    MRI (Magneting Resonance Imaging)

MRI sebaiknya dilakukan sebelum operasi lantaran sanggup mengukur secara niscaya panjang striktur, derajat fibrosis, dan pembesaran prostat. Namun, alat ini belum tersedia secara luas dan biayanya sangat mahal sehingga jarang dipakai (Suharyanto, 2009).


Penataksanaan

Sistografi

Sistografi yaitu dengan memasukkan kontras ke dalam buli-buli sebanyak 300-400 ml secara gravitasi (tanpa tekanan) melalui kateter per-uretram. Kemudian dibentuk beberapa foto, yaitu (1) foto pada ketika buli-buli terisi kontras dalam posisi anterior-posterior (AP), (2) pada posisi oblik, dan (3) wash out film yaitu foto setelah kontras dikeluarkan dari buli-buli.

Jika didapatkan robekan pada buli-buli, terlihat ekstravasasi kontras di dalam rongga perivesikal yang merupakan tanda adanya robekan ekstraperitoneal. Jika terdapat kontras yang berada di sela-sela usus berarti ada robekan buli-buli intraperitoneal. Pada perforasi yang kecil seringkali tidak tampak adanya ekstravasasi (negatif palsu) terutama kalau kontras yang dimasukkan kurang dari 250 ml (Purnomo, 2007).

Penanganan ruptur traumatik kandung kemih meliputi:
  1. Bedah eksplorasi dan perbaikan laserasi
  2. Drainase suprapublik dari kandung kemih
  3. Memasang kateter urin
  4. Perawatan umum pasca bedah dipantau dengan ketat untuk menjamin drainase yang adekuat hingga terjadi penyembuhan. Pasien ruptur kandung kemih mungkin mengalami perdarahan andal untuk beberapa hari setelah perbaikan (Suharyanto, 2009).

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

 Anamnesa

1. Data demografi

Dapat mencakup nama, umur, agama, jenis kelamin, status pekerjaan, status perkawinan, pendidikan.

2. Keluhan Utama

Sering didapatkan adanya tanda dan tanda-tanda sepsis peritonitis akhir massuknya urine kedalam peritoneum.

Tanda-tanda klinis cedera kendung kemih relatife spesifik, trias tanda-tanda (gross hematuria, nyeri suprapubik, kesulitan atau ketidak mampuan untuk miksi).

3.      Riwayat Kesehatan keluarga

4.      Riwayat kesehatan sekarang
  • Hematuria,perubahan warna atau volume urine.
  • Adanya rasa nyeri: lokasi, kateter, durasi, dan faktor yang memicu.
  • Syok hipovolemik

Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum (GCS)
  • Ciri tubuh           : Kulit, rambut, postur tubuh.
  • Tanda vital         : Nadi, suhu tubuh, tekanan darah dan pernafasan.
2.        Head to toe
a. Kepala
  • Inspeksi : kesimetrisan kepala, stress berat kepala.
  • Palpasi : Nyeri tekan di kepala.
b. Wajah
  • Inspeksi : Kesimetrisan bentuk wajah, edema, ketegangan, ketegangan.
  • Palpasi     : Nyeri tekan di wajah.
c. Mata
  • Inspeksi : kelopak mata edema, konjungtiva,  sklera.
d. Palpasi : Nyeri tekan pada bola mata Hidung
  • Inspeksi : Pernafasan cuping hidung, sekret, polip.
  • Palpasi    : Nyeri tekan.
e. Telinga
  • Inspeksi       : Bentuk telinga, serumen pada telinga, sekret.
  • Palpasi         : Nyeri tekan pada telinga.
f. Mulut
  • Inspeksi       : sianosis.
g. Leher
  • Inspeksi       : Bentuk leher, kesimetrisan, pembesaran kelenjar tiroid
  • Palpasi         : Nyeri tekan pada leher.
h. Dada
  • Inspeksi : Bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernafasan.
  • Palpasi : Pengembangan paru pada ide dan ekspirasi.
  • Perkusi : Ada/tidak penumpukan sekret, batas jantung dan paru.
  • Auskultasi : Bunyi parutambahan.
i. Payudara dan ketiak
  • Inspeksi : Bentuk, ada/tidak ada nyeri benjolan, gynecomasti.
  • Palpasi : Ada/tidak ada nyeri tekan, benjolan.
j. Adomen
  • Inspeksi : Distensi, iritasi peritoneal, warna kulit abdomen, penonjolan kandung kemih pada supra pubik,
  • Auskultasi : Penurunan bising usus.
  • Palpasi : nyeri supra simfisis, nyeri supra simfisis.
  • Perkusi : Ada/tidak ada distensi kandung kemih dan saluran cerna.
k. Genitalia
  • Inspeksi : hematoma perivesik, pembengakan, gross hematuria, anuria, sepsis peritonitis.
  • Palpasi : posisi prostat yang melayang  atau tidak, adanya ruptur pada uretra, nyeri suprapubik, kandung kemih terasa penuh
l. Integumen
  • Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit.
  • Palpasi : Nyeri tekan pada kulit.
m. Ekstremitas

1. Atas :
  • Inspeksi : Warna kulit,pembengkakan,
  • Palpasi : Nyeri tekan, kekuatan otot, capilary refil.
2. Bawah :
  • Inspeksi : Warna kulit, bentuk kaki, pembengkakan.
  • Palpasi : Nyeri tekan, kekuatan otot.
n. Pemeriksaan Neurologis
  • Status mental dan emosi : Kesadaran, perilaku, mood, lisan wajah, bahasa, daya ingat jangka panjang, daya ingat jangka pendek, persepsi, orientasi terhadap orang, tempat, waktu, emosi (Muttaqin & Sari, 2011).

Diagnosa Keperawatan
  1. Inkontinensia bekerjasama dengan obstruksi saluran kemih
  2. Resiko komplikasi infeksi bekerjasama dengan tindakan kateterisasi
  3. Gangguan rasa nyaman nyeri bekerjasama dengan obstruksi kandung kemih

Rencana tindakan

Diagnosa keperawatan. 1 

Inkontinensia bekerjasama dengan obstruksi saluran kemih

Intervensi:
  • pantau haluaran urin setiap 4 jam
  • berikan terapi kompres hambar untuk merangasang urin keluar
  • lakukan pemasangan kateter

Diagnosa keperawatan. 2

Resiko komplikasi infeksi bekerjasama dengan tindakan kateterisasi

Intervensi:
  • pantau penampilan kulit sisi pemasangan kateter.
  • ikuti tindakan kewaspadaan umum (teknik mencuci tangan yang baik sebelum dan sehabis kontak eksklusif dengan pasien, menggunakan sarung tangan bila kontakl dengan darah atau cairan badan yang mungkin terjadi).
  • Konsul dokter bila terjadi kemerahan, infeksi dan drainase pada insisi atau sisi pemasangan kateter, disertai demam. Ambil specimen dari drainase untuk kultur. Berikan antibiotic yang diresepkan dan penilaian keefektifannya.

Diagnosa keperawatan 3.

Gangguan rasa nyaman nyeri bekerjasama dengan obstruksi kandung kemih

Intervensi
  • pantau haluaran urin terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih
  • pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam
  • pantau hasil urinalisis ulang
  • jika frekuensi menjadi masalah, jamin kanal ke kamar mandi, pispot, tempat idur, tau bedpan. Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja sesuai keinginan.
  • kolaborasi dalam derma analgetik sesuai dengan kebutuhan. 

Evaluasi

Evaluasi ialah proses berkelanjutan untuk menilai imbas dari tindakan keperawatan pada klien. Terdiri atas:

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah persoalan masih tetap atau muncul persoalan gres atau ada data yang pertentangan dengan persoalan yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.


Daftar Pustaka
  • Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta EGC.
  • Eny B, 1994. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta EGC.
  • Emanuel A. Friedman, M. D.,Sc, Dkk. D. 1998. Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan GINEKOLOGI. Jakarta  Binarupa Aksara.
  • Baradero, Mary dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien  Gangguan Ginjal. Jakarta :EGC
  • Hohenfellner, M & Santucci, R.A. 2007. Emergencies in Urology. Heidelberg: Department of Urology Heidelberg University.
  • Louhin, Kevin R. 2007. Complication of Urologic Surgery and Practice. Massachusetts: Taylor & Francis Group.
  • Mutaqqin, Arif & Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
  • Purnomo, Basuki B. 2007. Dasar – dasar Urologi Edisi Dua. Jakarta : CV Sagung Seto.
  • Prayogo, Budhy Wirantono. 2011. Hubungan antara Faktor Risiko Sepsis Obstetri dengan Kejadian Sepsis Berat dan Syok Sepsis di Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Surabaya. Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga.
  • Putranto, Rudi Hendro., dkk. 2014. Cynebacterium diphtheriae Diagnosis Laboratorium Bakteriologi. Jakarta: Pustaka obor
  • Salam, M.A et al. 2013. Principles and Practice of Urology, Vol. 1. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher.
  • Scholtmeijer, R.J.  & Schroder, F.H. 1996. Urologi untuk praktek umum. Jakarta: EGC
  • Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
  • Suharyanto, Toto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:TIM.
  • Wistara Widya, A. A., et al. 2013.“Diagnosis and Threatment of Urethral Stricture”. 
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan stress berat kandung kemih / Bladder pdf dan doc, dibawah :
  • Laporan pendahuluan stress berat kandung kemih / Bladdder pdf, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan stress berat kandung kemih / Bladder doc, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan stress berat kandung kemih / bladder lengkap, d0wnl0ad format pdf dan doc kami bagikan, biar dapat  membantu sahabat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah askep, makalah ataupun lp, terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com